KABAREWISATA.COM – Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisipol) Universitas Widya Mataram (UWM) melepas 29 sarjana baru tahun akademik 2022-2023.
Mereka yang mengikuti pelepasan di Hotel Ayaarta Yogyakarta, Selasa (28/2/2023), terdiri dari lulusan baru Program Studi (Prodi) Administrasi Publik sebanyak 25 orang, Sosiologi 3 orang, dan Ilmu Komunikasi 1 orang.
Berdasarkan hasil evaluasi kuliah terhadap calon lulusan semester ganjil 2022-2023, mahasiswa lulus terbaik dari Prodi Administrasi Publik adalah Zakaria Guruh Oktobi Prime Murnianto, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,88, masa kuliah 3 tahun 6 bulan.
Kemudian mahasiswa berprestasi dari Prodi Sosiologi adalah M Darmawan dan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Muhammad Husen Mussahada.
Rektor UWM, Prof Dr Edy Suandi Hamid, M.Ec, menyatakan, percaya diri sangat penting ditanamkan pada diri mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi. “Jangan minder kuliah dan lulus dari perguruan tinggi swasta,” kata Edy Suandi Hamid.
Menurut Prof Edy, jabatannya sebagai Rektor, Ketua Forum Rektor, Ketua PTAIS dan jabatan lainnya diterima didasarkan modal utama percaya diri.
Menurutnya, lulusan dari Perguruan Tinggi Swasta tidak perlu diresahkan. “Yang dinilai dari lulusan perguruan tinggi saat memegang amanah, menjabat, adalah kinerja, bagaimana bisa bekerja dengan baik dan bisa mengemban amanah,” papar Edy.
Kemudian, lulusan Perguruan Tinggi penting membangun jejaring dengan berbagai pihak. Para kolega dari berbagai kalangan sangat penting untuk membantu dalam mencapai tujuan dan karir.
Selanjutnya, memadukan ilmu dan ketrampilan. Ilmu dari kampus itu penting, yang lebih baik lagi dilengkapi dengan ketrampilan (soft skill) dan memiliki visi ke depan serta karakter baik.
“Lulusan yang telah bekerja harus memanfaatkan ilmu dan ketrampilan untuk akselerasi atau kemajuan karir,” kata Edy.
Aspek berikutnya komitmen dalam pekerjaan dan jabatan. “Saya mantan rektor UII dan sejumlah perguruan tinggi. Saat diminta menjadi rektor UWM, saya mendapat cemooh dari para kolega. Saya mau menjabat rektor di kampus ini karena saya mempunyai komitmen untuk membangun, membesarkan UWM, termasuk membangun kampus baru,” tandasnya.
Menurutnya, komitmen itu direalisasikan dengan bangunan kampus baru. Bangunan tahap satu sudah selesai, disusul tahap kedua. “Kalau seluruh bangunan kampus baru selesai, kita bisa meningkatkan jenjang penddikan S2 dan S3,” kata Edy.
Masalah berikutnya integritas. Dalam mencapai jenjang karir, integritas moral sangat penting. “Jangan berusaha meraih sukses dengan menghalalkan segala cara,” ujarnya.
Terdapat kritik tentang para doktor untuk mendapat gelar profesor dengan menggunakan joki. “Ini mengandung makna pentingnya proses meraih sukses secara benar dan tidak menggunakan segala cara yang negatif agar sukses yang dicapai menjadi baik,” kata Edy.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik, Dr AS Martadani Noor, MA, terkesan dengan lulusan baru dari fakultasnya. Selain IPK para lulusan meningkat, sebagian dari lulusan sudah bekerja selama kuliah.
“Jika syarat yang baik masa tunggu lulusan mendapat pekerjaan enam bulan sejak lulus, lulusan Fisipol UWM sebagian sudah bekerja sejak masih kuliah,” kata Martadani Noor.
Terkait status sosial sarjana baru, menurut Martadani, terdapat banyak tuntutan, soal etik (unggah-ungguh), mendapat pekerjaan, menaikkan standar kerja baru bagi yang sudah bekerja.
Lulus kuliah harus tetap mengembangkan pengetahuan agar kualitas diri terjaga. Ini akan tercermin dalam kecepatan dan ketepatan dan kualitas dalam mengatasi masalah.
“Bekerja tidak semata mendapatkan pendapatan, tetapi merumuskan dan mengatasi masalah dengan baik dan itu akan mendorong hadirnya penghargaan,” kata Martadani Noor.
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Yogyakarta, Dra Septi Sri Rejeki, sangat terkesan kuliah di Prodi AP UWM. Masuk kuliah pada 1987 dan lulus 1992. Masa kuliahnya cukup lama karena mahasiswa saat itu harus mengikuti ujian negara pada akhir masa kuliah.
Menurut Septi, fasilitas kampus sangat sederhana pada saat UWM usia lima tahun. Tetapi, kualitas sistem pembelajaran sangat terjaga karena dosen-dosen di kampus ini juga dosen di UGM seperti Prof Dr Sofyan Effendy.
“Saya aktivis kampus, ikut berjuang untuk mempopulerkan kampus, dan mendorong diri sendiri menjadi lulusan terbaik,” papar Septi.
Status UWM saat itu terdaftar. Syarat mahasiswa lulus harus ikut ujian negara di Kopertis (LLDikti). “Kami diuji oleh dosen-dosen dari UGM, kami tidak minder, bisa lulus sangat baik dan aya bangga menjadi lulusan UWM,” pungkasnya.
Wakil dari sarjana lulusan baru, Zakaria, sangat terkesan mendapat banyak pengalaman selama kuliah di Fisipol UWM.
Kemudian, interaksi mahasiswa dan dosen sangat dinamis. “Para dosen cukup sabar menghadapi mahasiswa agar semuanya tetap lulus pada masa ambang batas waktu akhir kuliah,” kata Zakaria. (Fan)