Perlunya Pengembangan Pariwisata di Yogyakarta

0
50

KABAREWISATA.COM – Drs Heroe Poerwadi, MA mengaku siap kembali mengikuti kontestasi politik dalam Pilkada 2024 mendatang.

Ia mengaku telah memiliki rencana untuk kembali maju dalam kontestasi politik tersebut meski penyelenggaraan Pilkada baru akan digelar pada tahun 2024 mendatang.

Ada beberapa alasan kenapa Heroe ingin ikut berkonstestasi pada Pilkada 2024. Antara lain ada program yang diapresiasi masyarakat, khususnya yang perlu dilanjutkan.

Program itu adalah “Gandheng Gendhong” yang dirasakan manfaatnya bagi warga kota untuk meningkatkan pendapatan ekonomi dan meraih kesejahteraan bersama.

Alasan lain, semua parpol yang memperoleh kursi di DPRD Kota Yogyakarta mendorong agar dirinya maju sebagai calon Walikota Yogyakarta periode 2024-2029.

“Ya, insya Allah. Pada saatnya nanti tetap maju. Mohon izin, mohon doa restunya, mudah-mudahan selalu dijaga sehat dan pada saatnya nanti kondisinya sehat semuanya serta kita bisa melanjutkan,” kata Heroe Poerwadi sebagai Wakil Walikota Yogyakarta yang berakhir pada 22 Mei 2022 lalu.

Heroe Poerwadi disebut-sebut warga masyarakat cocok menjadi kandidat pemimpin Kota Yogyakarta. Hal tersebut menyeruak ke permukaan karena sepak terjangnya tak lagi diragukan selama ini.

Dalam obrolan dengan General Manager Royal Darmo Malioboro Hotel Joko Paromo, SPar, bersama tokoh masyarakat, praktisi media dan stakeholder terkait pada Jum’at (5/5/2023) siang, Heroe mendorong integrasi dan kolaborasi pelaku pariwisata untuk mendukung pengembangan dan kemajuan pariwisata di Yogyakarta.

“Terutama dalam meningkatkan kedatangan dan lama tinggal wisatawan di Kota Yogyakarta,” katanya.

Hal tersebut mengingat sektor pariwisata menjadi penggerak kehidupan ekonomi di Kota Yogyakarta.

Heroe menyatakan, pariwisata menjadi motor kehidupan ekonomi di Yogyakarta. “Oleh sebab itu perlu adanya kerja sama dan kolaborasi agar mendapat hasil maksimal dari potensi pariwisata di Kota Yogyakarta,” katanya.

Heroe berharap, bagaimana pelaku pariwisata bareng-bareng menata agar pariwisata ini membawa kemajuan bagi PHRI, ASITA, GIPI, masyarakat dan Pemerintah Kota Yogyakarta. “Artinya, yang akan mendapatkan keuntungan dari semakin majunya pariwisata adalah kita semua,” kata Heroe.

Joko berharap, nantinya kegiatan diskusi yang diadakan sebulan sekali bersama pelaku pariwisata dan stakeholder terkait bisa menghasilkan rencana aksi yang terintegrasi dan berkolaborasi.

Dijelaskan Joko, permasalahan utama pariwisata harus dideskripsikan dengan jelas, baik permasalahan yang dihadapi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Association of The Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA), Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) maupun pemerintah dan masyarakat.

“Setiap masalah itu diharapkan ada rekomendasi penyelesaian dan rekomendasi aksi bersama sehingga bisa saling menguatkan dan mendukung,” tandasnya.

Joko menegaskan, Pemkot Yogyakarta memiliki ketergantungan besar pada industri pariwisata karena pajak yang dibayarkan wisatawan yang ke Yogyakarta seperti hotel, restoran dan destinasi wisata.

“Pajak tersebut menjadi salah satu pendapatan asli daerah untuk membangun Kota Yogyakarta. Untuk itu perlu mendatangkan banyak wisatawan ke Yogyakarta dan memperlama masa tinggalnya,” ungkap Joko.

Sekarang ini, Joko sedang mencoba untuk memperkuat agar kedatangan orang ke Yogyakarta semakin banyak. “Tapi, itu tidak cukup,” kelakarnya.

Maka yang diperlukan adalah wisatawan datang ke Yogyakarta lebih dari satu hari. “PR-nya adalah peran untuk memperlama lama tinggal wisatawan,” tambahnya.

Saat jalur tol sudah terhubung di DIY, Joko meminta Kota Yogyakarta harus bisa mempertahankan sebagai kota tempat menginap dan belanja wisatawan.

Joko menyebut Pemkot Yogyakarta juga mewajibkan tamu-tamu kunjungan dinas di Pemkot Yogyakarta untuk menginap di hotel-hotel di Kota Yogyakarta. “Termasuk prestasi-prestasi yang diraih Pemkot Yogyakarta juga menarik daerah-daerah lain untuk belajar sehingga datang ke Yogyakarta,” kata Joko.

Selain itu, lanjut Joko, memberikan daftar usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kota Yogyakarta yang bisa melayani wisatawan bekerja sama dengan PHRI.

Joko berharap, semoga ke depan bisa membuat diskusi tentang kolaborasi bagaimana orang datang ke Yogyakarta dan bisa berlama-lama di Yogyakarta.

“Masing-masing punya kontribusi dan menjalankan perannya masing-masing agar tamu-tamu betah dan nyaman di Yogyakarta,” paparnya.

Seperti disampaikan Ery Agus Bernadhy, tokoh masyarakat Gambiran, Kemantren Umbulharjo, Yogyakarta, pariwisata di Kota Yogyakarta dengan segala potensinya harus diarahkan untuk mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata terkemuka.

“Selain itu mendorong peran stakeholder pariwisata terutama memperjelas posisi dan harmonisasi peran masing-masing pelaku pariwisata dalam pengembangan pariwisata Kota Yogyakarta,” paparnya. (Fan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here