Peluncuran Buku Batik Pakualaman: Antara Tradisi, Sastra dan Wastra

0
21
Peluncuran Buku Batik Pakualaman: Antara Tradisi, Sastra dan Wastra - (ist)

KABAREWISATA.COM – Gusti Kanjeng Bendoro Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam X memperkenalkan motif batik Pura Pakualaman yang tertuang dalam Buku Batik Pakualaman.

Buku ini berisi tentang jejak sejarah perkembangan batik di Pura Pakualaman, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari batik gagrag Ngayogyakarta.

Selain itu, Batik Pakualaman menjadi khas karena pernah bersentuhan dengan gagrak Surakarta, dan sejak tahun 2011 mendapatkan pengayaan motif-motif baru hasil interpretasi terhadap iluminasi dan ilustrasi naskah-naskah kuno koleksi Perpustakaan Widyapustaka Kadipaten Pakualaman.

Dengan desain batik yang bernuansa sogan, putih, hitam dan biru ini didesain secara epik oleh desainer batik Naskah Pakualaman. Selain itu, setiap detailnya memiliki arti yang mendalam.

Hal tersebut disampaikan oleh GKBRAA Paku Alam X dalam peluncuran buku Batik Pakualaman yang bertemakan ‘Antara Tradisi, Sastra dan Wastra’, di Kepatihan Pakualaman Yogyakarta, Kamis (4/7/2024).

“Buku ini berawal dari pandangan mata saya terhadap iluminasi gambar naskah kuno yang memiliki filosofi yang sangat luar biasa. Sehingga membuat hati saya tergerak untuk membuat Batik Pakualaman,” ungkapnya.

Sejak kali pertama ide ini digagas dan direalisasikan di tahun 2010, saat ini Batik Pakualaman telah tercipta sebanyak 122 motif batik.

Semua motif batik tersebut dituangkan ke dalam Buku Batik Pakualaman oleh GKBRAA Paku Alam X.

Ia berharap, masyarakat yang nantinya mengenakan kain batik dengan motif tertentu termotivasi untuk meneladani piwulang tersirat yang terkandung dalam motif tersebut.

Dimana salah satu batik yang diperlihatkan pada pengenalan Buku Batik Pakualaman itu juga dikenakan oleh keluarga besar Paku Alam pada saat menghadiri acara-acara tertentu.

“Salah satunya motif batiknya antara lain, Batik Parang Turun/Tumurun, Batik Surya Mulyarja Sudarma Palupi, Batik Renggan dan motif Asthabrata Jangkep, Batik Brama Sembada, serta  Batik Renggan dan motif Sestra Lukita,” katanya.

“Semoga filosofi yang tertuang di setiap motif batik ini bisa diterima oleh masyarakat luas. Sehingga apa yang ingin disampaikan oleh leluhur Kadipaten Pakualaman dalam menulis naskah tersebut dapat tersampaikan di masyarakat,” imbuhnya.

Sementara itu, saat ditemui usai pengenalan Buku Batik Pakualaman, Staf Ahli Bidang Pemerintahan Dan Kesejahteraan Rakyat Pemkot Yogyakarta, Wirawan Hario Yudo mengucapkan selamat dan mengapresiasi terciptanya Buku Batik Pakualaman.

Menurutnya, buku berisi motif batik khas Kadipaten Pakualaman tersebut sangat luar biasa. Selain dapat memahami filosofi yang ada di dalam motif batik tersebut, kesempatan ini juga menjadi peristiwa pelestarian budaya lewat kain batik naskah.

“Ini sesuatu yang luar biasa bisa menyaksikan sebuah peristiwa dimana nilai kultur yang dilakukan GKBRAA Paku Alam X dalam rangka menggali kembali ilustrasi dalam batik yang ada di dalam naskah kuno Pakualaman, sudah bisa diekspresikan dalam corak batik,” ungkapnya.

Wirawan Hario Yudo juga berharap, motif-motif Batik Pakualaman ini terus dilestarikan dan dikembangkan, agar nantinya apa yang menjadi usaha para leluhur terdahulu tidak terkikis oleh perkembangan zaman.

“Harapannya, hal ini bisa dilestarikan. Sehingga bisa merambah ke semua masyarakat, agar mereka tahu bahwa batik Pakualaman ini memiliki corak yang sangat luar biasa,” katanya. (*)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here