KABAREWISATA.COM – Seminar Peringatan 76 Tahun Serangan Oemoem 1 Maret 1949 bertajuk “Peranan Persandian dalam Mendukung Serangan Oemoem 1 Maret 1949” digelar Yayasan Kajian Citra Bangsa (YKCB) di Museum Sandi, Jl Faridan M Noto No. 21, Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta, Selasa (11/3/2025), dihadiri Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo, SH, M.Sos, MM.
Selain itu dihadiri berbagai tokoh, antara lain Kolonel Czi Didik Marhedi, Letkol Caj Jeni Akmal, Letkol Inf Rafdinal, Letkol Caj Rochim (Disjarah TNI AD), AKBP Hadi Sutomo, SH, MH (Polsus Ditbinmas Polda DIY), Setyo Budi Prabowo, S.ST (Kepala Museum Sandi), Dr Muhammad Iqbal Birsyada (Kaprodi Sejarah UPY), serta Muhammad Thowaf Zuharon dan Bakarudin dari YKCB.
Dalam seminar ini dibahas secara mendalam makna serta dampak Serangan Oemoem 1 Maret 1949 terhadap kedaulatan Indonesia.
Dengan adanya seminar ini diharapkan masyarakat semakin memahami pentingnya Serangan Oemoem 1 Maret 1949 dalam perjalanan sejarah bangsa serta menyadari peran strategis persandian dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Serangan tersebut menjadi bukti bahwa Republik Indonesia masih eksis dan tetap mampu melawan upaya kolonialisme Belanda. Dengan serangan ini Indonesia berhasil membantah propaganda Belanda yang mengklaim telah menguasai seluruh wilayah Indonesia.
Lebih dari sekadar aksi militer, Serangan Oemoem 1 Maret 1949 berperan penting dalam membuka jalan bagi pengakuan kedaulatan Indonesia di tingkat internasional.
Peristiwa ini memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi global, terutama dalam Perundingan Roem-Royen dan Konferensi Meja Bundar (KMB), yang akhirnya membawa Belanda untuk mengakui kedaulatan Indonesia.
Serangan itu melibatkan berbagai elemen bangsa mulai dari rakyat biasa, pelajar, pejuang, Keraton Yogyakarta, TNI hingga kepolisian. Kebersamaan dan perjuangan kolektif ini menunjukkan kuatnya persatuan dalam mempertahankan kedaulatan negara.
Serangan Oemoem 1 Maret 1949 juga berdampak signifikan di tingkat global. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai mengubah pandangannya terhadap Indonesia dan mendesak Belanda untuk kembali ke meja perundingan.
Sementara di dalam negeri, kepercayaan rakyat terhadap TNI semakin meningkat. Di sisi lain, di Belanda sendiri dukungan terhadap kolonialisme mulai melemah dan moral pasukan Belanda yang berada di Indonesia semakin menurun. (Fan)