KABAREWISATA.COM – Menyemarakkan milad ke-106 Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW), Pandu Wreda HW-NA DIY adakan napak tilas Jenderal Soedirman menjadi santri Pengajian Malam Selasa (PMS) Muhammadiyah di kampung Kauman Yogyakarta, Minggu (17/11/2024), diiringi drumband HW-NA Blawong Bantul.
Tampak hadir Kombes Pol Alfian Nurrizal, SH, S.IK, M.Hum (Direktur Lalu Lintas Polda DIY), Ir HM Teguh (putra bungsu Jenderal Soedirman), Kepala Museum Samitaloka Pangsar Jenderal Soedirman Mayor Caj Heru Santoso, Pandu Wreda HW Kroya Cilacap Jateng dan sejumlah daerah sekitar DIY.
Sebelumnya, diawali ziarah ke makam Jenderal Soedirman di TMP Kusuma Negara Yogyakarta dan apel di halaman Museum Samitaloka Panglima Besar Jenderal Soedirman, Jl Bintaran, Yogyakarta, dengan pembina upacara Dr H Nur Ahmad Ghojali, MA Wakil Ketua PWM DIY.
Disampaikan Nur Ahmad Ghojali, Jenderal Soedirman merupakan panglima besar yang membela tanah air Indonesia dan juga sosok pandu Hizbul Wathan.
“Jenderal Soedirman adalah pahlawan Indonesia yang memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia,” katanya.
Sebagai Jenderal Besar TNI, kata Ghojali, Jenderal Soedirman sangat dikagumi. “Karena kemampuannya merancang taktik dengan strategi yang tajam,” tandasnya.
Lebih lanjut dikatakan Ghojali, meskipun begitu Jenderal Soedirman juga dikenal sebagai pribadi yang tenang dan bersahaja. “Selama masa perjuangannya Jenderal Soedirman seringkali memberikan kata-kata yang membara untuk membakar semangat para prajurit,” terangnya.
Hingga saat ini kata-kata dan nasihat Jenderal Soedirman tetap relevan untuk membangun rasa patriotisme dan nasionalisme sebagai warga negara.
Kalimat atau nasihat tersebut antara lain: “Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Met of zonder Pemerintah TNI akan berjuang terus.”
Dan yang lebih menyentuh lagi, perjuangan dilakukan dengan keikhlasan dan dilandasi kesucian. “Hendaknya perjuangan kita harus kita dasarkan pada kesucian. Kami percaya bahwa perjuangan yang suci itu senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan.”
Dikatakan Wachid Ahmadi, Ketua Kepanduan HW Wreda Kwarwil DIY, napak tilas Jenderal Soedirman ini merupakan satu sejarah yang perlu diketahui generasi muda. “Dulu dilalui Jenderal Soedirman ketika menjadi santri untuk mengaji di Kauman,” kata Wachid.
Dengan digelarnya napak tilas tersebut diharapkan menjadi bagian dari meneladani jiwa nasionalisme, patriotisme maupun semangat dalam belajar beragama Islam. “Bahkan mampu menjadi simbol keberanian dan kepemimpinan,” kata Wachid. (Fan)