Dosen UAJY Raih Hibah APTIK 2024 untuk Riset Ekonomi Sirkular di Sektor Pariwisata

0
5

KABAREWISATA.COM – Tiga Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY): W Mahestu N Krisjanti, SE, M.Sc.IB, Ph.D, Elisabet Dita Septiari, SE, M.Sc, Ph.D dan Harsono, M.Phill, berhasil meraih hibah dari Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) 2024.

Hibah APTIK 2024 tersebut untuk mengembangkan konsep inovatif dalam industri pariwisata.

Penelitian berjudul “Implementasi Ekonomi Sirkular dalam Industri Pariwisata: Studi pada Accommodation Sharing Economy di Destinasi Wisata Super Prioritas” yang merupakan kolaborasi bersama Merry Jeanned’arc Korompis, SE, MM dari Universitas De La Salle, Manado, bertujuan untuk mengatasi tantangan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.

Riset yang berfokus pada sharing accommodation (penyewaan tempat tinggal bersama) ini mengambil wilayah studi di dua Destinasi Super Prioritas Kementerian Pariwisata: Borobudur (Jawa Tengah) dan Likupang (Sulawesi Utara).

Dikatakan Harsono, dengan berkembangnya pariwisata dan destinasi super prioritas di suatu daerah akan menuntut adanya tempat-tempat tinggal bagi wisatawan.

Dikembangkan suatu konsep di mana rumah-rumah di sekitaran destinasi tersebut bisa menjadi tempat tinggal bagi wisatawan. “Bisa jadi, mereka tinggal dengan si pemilik rumah atau mereka tinggal dengan wisatawan lain yang tidak mereka kenal sebelumya,” ungkap Harsono, Kamis (7/11/2024).

Wenefrida mengungkapkan, isu sustainability dan sirkular ekonomi kemudian menjadi pilar utama dalam penelitian yang sedang dikerjakan ini.

Apabila sharing accommodation ini diberlakukan di Indonesia, maka seharusnya tidak ada orang Indonesia yang miskin karena adanya pemberdayaan masyarakat yang “berlanjut”.

Sharing accommodation untuk saat ini menjadi aktivitas paling mudah dikembangkan oleh masyarakat untuk terlibat dalam sirkular ekonomi.

Apabila masyarakat punya rumah atau kamar kosong yang bisa dimonetisasi, maka mereka bisa memperoleh pendapatan. “Hal ini juga akan berdampak pada UMKM sekitarnya seperti laundry maupun rumah makan milik warga lokal,” tutur Wenefrida.

Penelitian ini diharapkan bisa diimplementasikan dalam program pemerintah agar mampu memberdayakan masyarakat yang tidak memiliki modal besar untuk ber-UMKM.

Dari sisi wisatawan, sharing accommodation ini bisa menekan biaya dan mereka akan belajar cara hidup warga setempat. Dari sisi warga lokal akan sejahtera karena pendapatan dari destinasi wisata mereka tidak lagi dikuasai oleh para investor asing.

Elisabet menjelaskan, sustainability tidak hanya berkaitan dengan pemberdayaan manusia saja, tetapi bagaimana menaruh perhatian pada alam dan lingkungan hidup seperti yang diamalkan dalam ajaran gereja, yakni Ensiklik Laudato Si’.

Harapannya, baik pemerintah maupun masyarakat, bisa bersinergi menciptakan destinasi wisata yang tidak hanya sustain, tetapi juga respecting mother nature. (Fan) 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here