KABAREWISATA.COM – Brahma Putra Pratama, S.Si., M.Si, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) telah mengikuti program Lecturer Exchange ke De La Salle University Dasmarinas pada 21-28 Mei 2023 lalu.
Program Lecturer Exchange ini merupakan wujud dari kerja sama yang dilakukan oleh FISIP UAJY dengan De La Salle University Dasmarinas.
Pertukaran dosen ini tidak hanya sekadar mengajar, tapi juga sebagai sarana membawa misi untuk saling mengenalkan dan mempelajari budaya masing-masing negara maupun juga budaya kampus.
Program ini juga dalam rangka internasionalisasi program departemen. Untuk mendukung internasionalisasi ini, maka dibutuhkan kerja sama dengan kampus luar negeri. “Sehingga sebenarnya pertukaran dosen akan sangat membantu dalam membentuk profil kinerja dari ICP,” terang Brahma, Rabu (14/6/2023).
Melalui international program, lanjut Brahma, tidak hanya mahasiswa saja yang melakukan exchange, tapi dosen juga. “Sehingga mahasiswa ICP FISIP UAJY juga merasakan diajar oleh dosen luar negeri,” papar Brahma.
Sebenarnya, selama pandemi Covid-19 sudah terwujud juga. Jadi, setahun yang lalu sudah ada pertukaran dengan Saint Louis University (SLU). Tapi karena masih pandemi Covid-19 dan border belum dibuka, maka hanya diadakan secara online.
Sejak tahun lalu, Brahma sebenarnya sudah mengikuti lecturer exchange dengan SLU. Semester berikutnya, exchange lagi dengan SLU, tapi masih online.
Kemudian, ketika border-nya sudah mulai bebas, pejabat struktural mulai mengunjungi beberapa kampus termasuk SLU, De La Salle, dan seterusnya untuk membangun kembali kerja sama itu. “Lantas langsung diwujudkan pertukaran dosen ini dengan De La Salle,” ujar Brahma.
Brahma pun memaparkan kegiatannya selama di Filipina, dimulai dengan budaya. Ia berkesempatan mengikuti tour keliling Manila untuk mempelajari budaya orang Filipina atau yang disebut oleh warga lokal sebagai Filipinos culture.
Tidak hanya budaya. Ia juga mempelajari sejarah serta semangat-semangat patriotiknya.
Brahma diajak dan disambut dengan hangat oleh para dosen-dosen di sana. Berkeliling Manila untuk belajar banyak mengenai budaya.
Kemudian, hari kedua, ada diskusi dengan para dosen-dosen departemen di Filipina. “Diskusi untuk kolaborasi selanjutnya karena ini juga terkait dengan keberlangsungan kerja sama,” imbuh Brahma.
Kerja sama tersebut, kata Brahma, berkaitan dengan kegiatan apa saja ke depannya, salah satunya seperti lecturer exchange. Selanjutnya student exchange, kemudian collaborative research bersama.
Kata Brahma, kerja sama tersebut tidak hanya melibatkan dosen, tetapi juga dengan mahasiswa. “Setelah berdiskusi, saya mengikuti workshop,” ungkapnya.
Kemarin UAJY men-soft launching-kan metaverse. Kemudian, Brahma sebagai perwakilan Tim Inovasi Pembelajaran memperkenalkan inovasi pembelajaran yang ada di UAJY.
Menurutnya, ini mungkin universitas pertama kali yang ia beritahu bahwa Atma Jaya itu punya metaverse. “Ini menjadi satu inovasi yang mungkin ke depannya bisa sebagai daya tarik untuk minat para mahasiswa baru,” cerita Brahma.
Brahma juga berkesempatan untuk bergabung di kelas Philippine Popular Culture. Hal ini berkaitan dengan misi yang juga belajar budaya. Ia juga mengikuti campus tour dengan berkeliling kampus sambil mendengar cerita sejarah kampus tersebut.
Target ke depannya yang akan dilaksanakan oleh Departemen Ilmu Komunikasi yang juga didiskusikan oleh Prof Sol (Maam Isolde) terkait collaborative research.
Adapun yang paling dilakukan bersama adalah tentang riset bersama antara dua kampus. “Dari situ diharapkan kami punya publikasi yang standar internasional karena melibatkan dua kampus yang beda negara,” kata Brahma.
Selanjutnya juga akan ada program pertukaran mahasiswa, yaitu dari International Communication Program (ICP) mengirimkan 1 mahasiswa yang akan kuliah selama 1 semester.
Semester depan dari bulan Agustus-Desember. Yang pasti, saat ini yang sudah berproses adalah collaborative research dan student exchange.
Brahma juga menerangkan, departemen akan membuat program ini secara rutin. Pertama, untuk membuat kualitas mahasiswa merasakan pengajaran dosen secara internasional. Kedua, untuk meningkatkan kapasitas dosen. “Melalui program ini, dosen menjadi punya wawasan terkait kualitas luar negeri, saling belajar bertukar metode,” katanya.
Melalui program ini, diharapkan profil ICP punya track record yang lebih meyakinkan. Dalam artian, dilihat sebagai prodi yang benar-benar internasional berkat adanya dosen luar negeri yang kemari serta pertukaran mahasiswa luar negeri.
Hal ini juga dipastikan akan memenuhi standar internasionalisasi dan kemudian berharapnya pasti lebih menarik calon mahasiswa baru untuk bergabung di ICP. (Fan)