Kapasitas Jurnalis Menuju 3 Zero HIV AIDS 2030

0
125

KABAREWISATA.COM – Jaringan Advokasi HIV dan AIDS (JAVA) DIY — yang beranggotakan masyarakat sipil — memiliki komitmen untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS, mengedepankan pemenuhan hak ODHIV dan juga berkontribusi terhadap penyelesaian

Untuk mengatasi persoalan terkait dengan HIV dan AIDS, merasa penting untuk diadakan “Pertemuan Peningkatan Kapasitas Jurnalis Terkait HIV dan AIDS” guna memberikan update informasi kepada peserta tentang situasi HIV dan AIDS di DIY.

Melakukan mapping tantangan terkait penyebarluasan informasi HIV, memberikan pemahaman tentang penyelenggaran, pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. “Juga mereduksi stigma dan diskriminasi bagi ODHA,” papar Agus Triyanto, Koordinator JAVA DIY, Kamis (1/9/2022).

Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Horaios Malioboro, Jalan Gowongan Kidul No 57, Sosromenduran, Yogyakarta, diikuti jurnalis media cetak, media online dan juga anggota JAVA DIY.

Data kasus HIV dan AIDS di DIY berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DIY, jumlah kumulatif kasus di DIY dari tahun 1993 sampai Maret 2022, HIV 6.058 kasus dan AIDS 1.931 kasus.

Berdasarkan kelompok umur, kasus tertinggi HIV di usia produktif 20-29 tahun (1.885 kasus). Kemudian, berdasarkan faktor risiko kasus tertinggi ditemukan pada kelompok Heteroseksual (54%).

Dari kasus tersebut data HIV terus meningkat sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam penanganan HIV secara komprehensif.

Masih ditemukannya kasus anak tidak diterima di sekolah karena status HIV, persoalan tentang pemutusan hubungan kerja sepihak karena status HIV, juga masih ditemukan.

Belum lagi tidak diterimanya orang dengan HIV di lingkungan masyarakatnya. Hal ini membuktikan tingkat diskriminasi masih terjadi di masyarakat. Tindakan diskriminasi seringkali terjadi karena masih adanya stigma terkait HIV. Stigma muncul dikarenakan minimnya informasi yang tepat yang didapatkan oleh masyarakat.

Stigma dan diskriminasi tak jarang justru dilakukan oleh orang di lingkungan terdekat. Hal ini jika diabaikan tentu akan menimbulkan persoalan yang lebih serius lagi.

“Untuk orang dengan HIV yang baru mengetahui status dirinya, dukungan psikososial dari orang terdekat tentunya sangat penting,” terang Lusiani, SKM Dinas Kesehatan DIY.

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) melalui Laurensia Ana Yuliastanti, S.Pd, mengatakan, untuk bisa mencapai target ending 3 zero 2030 Indonesia bebas AIDS yang meliputi, zero infeksi baru (Zero New HIV Invection), zero kematian terkait AIDS (Zero Aids Related Death) serta zero stigma dan diskriminasi (Zero Discrimination) diperlukan kepedulian banyak pihak.

“Salah satunya adalah media massa sebagai alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak,” kata Ana Yuliastanti.

Khalayak menerima dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV. Media massa di zaman yang modern ini, serba canggih dan cepat, kini mulai banyak media massa berbentuk digital yang juga melakukan penyampaian informasi kepada khalayak luas.

Media diharapkan menjadi wadah pemberian informasi yang komprehensif dan tepat. Dengan adanya media yang terbuka dan mudah diakses banyak orang — bahkan pada kelompok sasaran yang lebih luas — menjadi bagian terpenting dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan HIV.

Bagaimana media dapat memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat dalam mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Bukan lagi memandang ODHA dengan cara pandang negatif.

Contoh kasus di lapangan terkait korban AIDS menjadi bahan diskusi bersama awak jurnalis, pendamping ODHA dan JAVA dengan berbagai pemikiran bersama untuk mendapatkan solusi terbaik yang bisa dijalankan bersama. (K. Herman S)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here