Berkomitmen Memenuhi Hak Kesehatan yang Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

0
5

KABAREWISATA.COM – Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta berkolaborasi dengan La Trobe University dan AIDRAN selama lima minggu pada Juni-Juli 2022 mengadakan pelatihan tentang hak-hak penyandang disabilitas atas layanan kesehatan sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas (UNCRPD) dan Undang-Undang No.8/2016 tentang Penyandang Disabilitas serta prinsip-prinsip praktik layanan kesehatan yang aksesibel dan inklusif.

Kegiatan yang didukung Australia-Indonesia Institute (AII), Departemen Perdagangan Luar Negeri dan Perdagangan Australia, dibuka Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah Dra Susilaningsih Kuntowijoyo, MA dan Chair Board dari AII Professor Greg Fealy secara online di Unisa Yogyakarta.

Pelatihan ini merupakan bagian dari kerjasama antara La Trobe University dan UNISA Yogyakarta sejak penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua lembaga pendidikan tinggi tersebut pada tahun 2020. Seluruh rangkaian kegiatan dilakukan dengan pendampingan juru bahasa isyarat dan juga penerjemah bahasa Indonesia dan Inggris.

Penandatanganan MoU dilakukan setelah delegasi Aisyiyah pada Februari 2019 berkunjung dan diterima La Trobe Asia dan para dosen serta peneliti di La Trobe University.

Salah satu fokus kerjasama ini adalah penguatan bidang penelitian. “Diharapkan, penelitian akademik dapat memberi pengaruh dalam pembuatan kebijakan dan perbaikan layanan kesehatan kepada perempuan serta penyandang disabilitas,” kata Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, Rabu (6/7/2022).

Kegiatan pelatihan berjudul “fostering inclusive approaches to health equity in Indonesia” ini sangat relevan dengan  visi Unisa Yogyakarta sebagai kampus berwawasan kesehatan.

Unisa Yogyakarta berkomitmen mengembangkan kampus sehat (health promoting university). Dan salah satu tema dari implementasi HPU adalah pembentukan lingkungan hidup sehat, aman dan ramah disabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan yang inklusif.

Dengan terlaksananya kegiatan ini, Warsiti berharap nantinya akan tercipta agent of change yang akan membawa pada peningkatan kesadaran dan kepekaan atas hak penyandang disabilitas serta layanan yang inklusif dan aksesibel. Sebuah hasil yang dikeluarkan Unisa Yogyakarta sebagai kampus yang berkomitmen mengembangkan Health Promoting University (HPU).

President Australia-Indonesia Disability Research dan Advocacy Network (AIDRAN) yang berbasis di Fakultas Hukum La Trobe University, mengatakan, La Trobe memiliki track record sangat kuat dalam hal penelitian di bidang kesehatan dan dalam mempromosikan hak-hak kelompok rentan seperti penyandang disabilitas dan perempuan.

Melalui AIDRAN, La Trobe University berkomitmen untuk menguatkan pemenuhan dan penghormatan hak penyandang disabilitas di dalam mendapatkan akses layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, hukum dan pekerjaan, melalui pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara penyandang disabilitas dan peneliti isu disabilitas di kedua negara.

Dr Dina Afrianty dan Professor Lisa McKenna, Dekan Fakultas Kesehatan dan Kebidanan La Trobe University, menjelaskan, kegiatan ini dirumuskan sebagai bentuk respon terhadap pandemi Covid-19.

Pandemi telah membuka sekat-sekat ketidakadilan terhadap kelompok rentan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan di Indonesia dan juga di Australia.

Penyandang disabilitas merupakan kelompok yang hak-hak kesehatannya semakin termarjinalkan selama masa pandemi Covid-19 akibat dari kurangnya informasi terkait Covid-19 dalam bentuk yang aksesibel, kebijakan yang tidak mendukung pemenuhan penyandang disabilitas, hingga sulitnya penyandang disabilitas mendapatkan akses layanan.

Sebelum pandemi Covid-19, penyandang disabilitas di banyak negara — terutama di Indonesia — telah menghadapi tantangan serius untuk dapat mengakses informasi dan layanan kesehatan yang memadai, adil dan setara akibat dari kesenjangan struktural berupa kebijakan yang diskriminatif, infrastruktur yang tidak aksesibel sampai dengan stigma sosial terkait disabilitas.

Oleh karena itu, pandemi Covid-19 menjadi alasan dan kesempatan untuk mewujudkan perbaikan sistem kesehatan yang inklusif, responsif dan dapat diakses bagi semua.

Pemerintah Australia melalui Australia-Indonesia Institute (AII) mendukung pelaksanaan program sebagai bentuk komitmen untuk mewujudkan masyarakat yang inklusif dan menguatkan hubungan bilateral kedua negara.

Program ini juga dipandang memberi kesempatan untuk meningkatkan hubungan people to people atau hubungan antara warga negara Indonesia dengan Australia.

Rangkaian program yang dirancang La Trobe University, AIDRAN dan Unisa Yogyakarta memberi kesempatan penyandang disabilitas, tenaga kesehatan, mahasiswa dan peneliti dari kedua negara.

Untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan demi mewujudkan kesetaran hak dan akses kesehatan bagi kelompok marjinal, seperti penyandang disabilitas dan perempuan.

Kepala Biro Kerjasama Urusan Internasional Unisa Yogyakarta, Cesa Septiana Pratiwi, M.Mid, Ph.D, mengatakan, sejumlah tema yang menjadi fokus pelatihan adalah pengenalan dan penguatan atas pemahaman prinsip-prinsip hak penyandang disabilitas dalam UNCPRD, kerangka hukum penghormatan hak penyandang disabilitas yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia, pengalaman hidup penyandang disabilitas selama Covid-19.

Selain itu prinsip-prinsip layanan kesehatan yang inklusif, pemenuhan hak kesehatan bagi penyandang disabilitas mental dan intelektual, pengembangan kurikulum kesehatan yang inklusif, peran lembaga pendidikan dan organisasi kemasyarakatan dalam promosi pemenuhan hak disabilitas.

Ada pula perlindungan terhadap perempuan dan perempuan disabilitas dalam mengakses layanan kesehatan, Universal Design dan kampanye pemenuhan hak disabilitas.

Sebanyak 113 orang peserta telah terpilih untuk mengikuti program pelatihan ini, untuk bersama-sama mengikuti serangkaian pemaparan dari peneliti Australia dan Indonesia.

Peserta mendengarkan langsung pengalaman hidup penyandang disabilitas dalam mendapatkan akses layanan kesehatan dan pengalaman tenaga kesehatan dalam berinteraksi serta memberi layanan kepada penyandang disabilitas. Hampir 25 persen dari total peserta adalah penyandang disabilitas.

Selain pemaparan dari peneliti, pembuat kebijakan dan penyandang disabilitas, sejumlah aktivitas dilakukan oleh peserta secara bersama-sama, yang diharapkan akan membangun solidaritas dan komitmen untuk berperan mewujudkan hak penyandang disabilitas.

Diskusi kelompok besar dan kecil pun dilakukan dan didampingi oleh fasilitator dari AIDRAN, La Trobe University dan Unisa Yogyakarta.

Mengingat pentingnya perluasan pengetahuan akan disabilitas, maka sejumlah webinar dapat diakses secara terbuka oleh publik. Webinar ini dapat diikuti oleh siapapun yang tertarik dengan isu kesetaraan dan keadilan bagi penyandang disabilitas, khususnya dalam konteks pelayanan kesehatan.

Sedangkan peserta pengayaan terpilih dari serangkaian proses seleksi yang ketat dan terdiri dari tenaga kesehatan, mahasiswa kesehatan dan penyandang disabilitas.

Pertukaran pengetahuan antara peneliti, tenaga kesehatan dan ahli serta advokat penyandang disabilitas dari Australia dan Indonesia pada akhirnya diharapkan dapat memiliki kontribusi signifikan pada pemenuhan hak penyandang disabilitas, khususnya dalam sektor kesehatan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here