KABAREWISATA.COM – Ketua DPD Masyarakat Indonesia Maju (MIM) Kabupaten Bantul, Ferdinand Sahat Parulian Tobing, S.A.P kembali memberikan edukasi Tentang Lidah Buaya atau Aloe Vera yang kali ini diajarkannya Cara Mengolah Cendol Dawet Lidah Buaya ditemani Bendahara DPD Masyarakat Indonesia Maju Kabupaten Bantul RR. Retno Herumi Usadaning Wardani dan Dewan Pembina dari Asosiasi Lidah Buaya Daerah Istimewa Yogyakarta Imam Rodli, S.Pt,. MP, pada Sabtu (20/5/2023).
Acara dibuka oleh Sari perwakilan dari Pengurus KWT/Kelompok Wanita Tani MAWAR IV, dilanjut Ketua Rt. 04 Agil Dwi Raharjo yang sangat setuju dan memberikan kesempatan pada Ibu-Ibu di dalam Kelompok Wanita Tani untuk belajar tentang Lidah Buaya dikarenakan sudah menanam sebulan yang lalu saat puasa Ramadhan 1444 H/Tahun 2023 M yang lalu dilahan yang dijadikan Demplot KWT MAWAR IV.
Dalam sambutannya Ketua Kelompok Tani Sumiyanto yang sangat mengapresiasi Ibu-Ibu KWT MAWAR IV dalam berkegiatan bertani selain kangkung, cabe, ketela, pisang, dan ada tanaman lainnya Lidah Buaya yang ditumpangsari. KWT MAWAR IV ini sekretariatnya di Dusun Ngentak, Rt. 04, Kalurahan Bangunjiwo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul dan baru proses pendaftaran register ke Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul.
Materi Pelatihan pembuatan Cendol Dawet Lidah Buaya dipaparkan oleh Ferdinand Sahat Parulian Tobing, S.A.P (Ketua DPD Masyarakat Indonesia Maju Kabupaten Bantul sekaligus juga Ketua Asosiasi Lidah Buaya Bantul “Maju Jaya” Kabupaten Bantul dan Ketua Asosiasi Lidah Buaya DIY) sebagai Narasumber Pertama menceritakan awal menggeluti lidah buaya yang relatip tidak memerlukan modal besar, memiliki manfaat banyak dan telah menelorkan mitra binaan Kelompok Wanita Tani di Dusun Sumberan KWT Sumber Rejeki, Kalurahan Ngestihatjo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul yang saat ini sudah ada kerja-sama dengan Universitas Kristen Duta Wacana Kota Yogyakarta dan memiliki produk unggulan, yaitu : Bakso Goreng dan Stik Lidah Buaya.
“Bahkan Kalurahan Ngestiharjo juga menjalin kerja-sama atau MoU dengan Universitas Kristen Duta Wacana Kota Yogyakarta beberapa hari yang lalu kebetulan saya saksikan sendiri saat menjadi peserta seminar, jadi kita terus bekerja dan secara mandiri untuk berinovatif agar dapat memiliki produk unggulan yang dapat menghasilkan,” terang Ferdinand Sahat Parulian Tobing.
Narasumber kedua Imam Rodli, S.Pt,. MP memberikan penjelasan tentang seluk beluk Lidah Buaya tanaman pertanian hortikultura. Tanaman Lidah Buaya ini sangat unik dan ajaib yang banyak manfaatnya serta menjelaskan kandungan di dalamnya yang mengandung banyak air 97%, ada getah berwarna kuning yang dinamankan aloin (bahan ini yang sangat berbahaya) dan lendir warna putih bening.
“Meskipun aloin itu berbahaya tetapi tidak membahayakan bagi manusia yang mengkonsumsinya jika sudah dikupas direbus dan atau hanya dicuci dengan air panas/ hangat karena sudah dipastikan mati racunnya,” tegas Imam.
Produk – produk apa saja yang telah dihasilkan dari tanaman Lidah Buaya seperti minuman sari lidah buaya, lidah buaya celup (kemasan gunakan saringan sama dengan teh pada umumnya), kerupuk lidah buaya, serum lidah buaya, kopi lidah buaya, dan madu lidah buaya dipamerkan dipelatihan.
Cara mengupas lidah buaya dengan benar yang menggunakan sendok bebek aluminium lebih mudah dibandingkan dengan pisau hingga cara menguleni dengan garam, asam sitrat lalu dicuci dengan air yang mengali, cara merebus Cendol Dawet Lidah Buaya menggunakan kompor dengan api yang kecil selama kurang lebih setengah jam dan hingga mendidih sambil diaduk-aduk.
Pewarnaan alami dengan warna dan rasa melon diajarkan oleh Imam Rodli, S.Pt,. MP. Merebus dan menyajikan Cendol Dawet Lidah Buaya ke dalam gelas plastik diperagakan RR. Retno Herumi Usadaning Wardani bersama Martini.
Dalam sesi diskusi sambil menikmati hasil olahan Ketua Dewan Pengurus Daerah Masyarakat Indonesia Maju Kabupaten Bantul juga menyampaikan terkait program tanaman Padi dengan nama Padi M12 menggunakan sistem tekhnologi IPAT-BO dimana MIM memberikan dana dengan sistem kerja – sama bagi hasil, hanya perlu menyiapkan lahan minimal 1 ha, jelas Ferdinand Sahat Parulian Tobing, S.A.P. (khs)