KABAREWISATA.COM – Wayang kulit Banjar adalah wayang kulit yang berkembang dalam budaya suku Banjar di Kalimantan Selatan maupun di daerah perantauan suku seperti di Indragiri Hilir.
Seperti disampaikan Noor Janis Langga Barana, SSn, tokoh masyarakat dari Kabupaten Bantul, wayang Banjar ini diperkirakan sudah ada di Banjar sejak tahun 1300.
“Saat kerajaan Majapahit melakukan perluasan ke sebagian wilayah Kalimantan dan membawa serta menyebarkan pengaruh agama Hindu dengan jalan pertunjukan wayang kulit,” ungkap Noor Janis yang diunggah dalam Facebook pribadinya.
Konon, kata Noor Janis, pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Andayaningrat membawa serta seorang dalang wayang kulit bernama Raden Sakar Sungsang lengkap dengan pengrawit-nya.
Pada saat memudarnya kerajaan Majapahit dan mulai berdirinya kerajaan Islam (1526 M), pertunjukan wayang kulit mulai diadaptasi dengan muatan-muatan lokal yang dipelopori oleh Datuk Toya.
Penyesuaian itu terus berlangsung sampai abad XVI. “Perlahan-lahan wayang kulit itu berubah, sesuai dengan citra rasa dan estetika masyarakat Banjar,” paparnya.
Dan bersyukur malam hari itu, Noor Janis Langga Barana membersamai Bupati Barito Kuala menyaksikan langsung pergelaran wayang kulit Banjar, yang masih terasa sekali nuansa tradisi lokal, sederhana dan khas Banjar.
Melihat wayang Banjar itu, mengingatkan kembali pada suasana pertunjukan wayang tahun 1970-an di desa-desa di Yogyakarta yang lampunya masih pakai blencong, sound-nya pakai horn TOA, dengan suasana remang-remang dan syahdu.
“Itulah wayang Banjar,” kata Noor Janis. (*/Fan)