Universalitas Jadi Arah Kerja Kemanusiaan yang Melintas Batas

0
7
Membuka tirai pemahaman terkait kepentingan kemanusiaan dan perdamaian. (Foto: istimewa)

KABAREWISATA.COM – Buku “Dunia Barat dan Islam Visi Ulang Kemanusiaan” karangan Dr (HC) Sudibyo Markus, MBA edisi kedua menjadi wadah diskusi bersama Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), belum lama ini.

Kegiatan yang berlangsung di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah,.Jl Cik Ditiro, Yogyakarta, diikuti MDMC DIY, Lembaga Penelitian dan Pengembangan  PP Aisyiyah, MDMC Jawa Tengah, Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah, Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, Yakkum Emergency Unit (YEU), PSMB UPN Yogyakarta, Pujiono Centre dan praktisi kebencanaan.

Hal tersebut untuk membuka tirai pemahaman terkait kepentingan kemanusiaan dan perdamaian agar terciptanya toleransi persaudaraan dan penolakan terhadap radikalisme atas nama agama.

Karya itu dibuat tidak hanya sebagai pengembangan literatur, namun juga berorientasi pada pemaknaan terhadap hubungan kemanusiaan yang lebih harmonis.

Secara khusus, diskusi tersebut untuk pencermatan sekaligus pengayaan bersama buku “Dunia Barat dan Islam Visi Ulang Kemanusiaan Universal” serta mengkaji rencana penyusunan buku “Telaah Fiqh Kemanusiaan” yang sangat berkaitan satu sama lain.

Disebutkan Sudibyo, buku tersebut dilatarbelakangi oleh tiga kritikal poin, yaitu konsili vatikan yang saat ini telah mengakui adanya universalitas kemanusiaan, adanya kalimatun sawwa’ atau common word di mana dalam konsep kemanusiaan ditemukan kesamaan antaragama tentang menghargai sesama manusia dan kepercayaan pada Tuhan.

Terakhir, ada pada momen ketika Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mendapatkan penghargaan Zayed Award dari Human Fraternity, Abu Dhabi, yang mendeklarasikan tentang persatuan kemanusiaan antaragama meski membawa gerbong visi yang berbeda.

“Pelayanan kemanusiaan saat ini menyempit dan situasinya semakin sulit, banyak relawan yang terbunuh di Gaza,” ungkap Sudibyo.

Ke depan, ancaman kemanusiaan akan menjadi tidak gampang ditambah dengan adanya substantif etnis dan climate change. “Ini jadi alasan membuat visi ulang universalitas kemanusiaan itu perlu dibawa,” jelas Sudibyo.

Pada kesempatan itu Rahmawati Husein, Dewan Pakar MDMC PP Muhammadiyah, mengkritisi sekaligus mengembangkan lebih jauh tujuan dari universalitas kemanusiaan.

“Ketika saya merefleksikan visi ulang kemanusiaan, jika mendasarkan pada buku ini, adalah rekonsiliasi antara Kristen dan Islam,” kata Rahmawati.

Menurutnya, agama itu menjadi jalan. “Tidak hanya berhenti pada common word, tapi menjadi common world, to share and collaborate, not to compete but to complementary,” imbuh Rahmawati.

Common world ini, kata Rahmawati, dimaknai sebagai pengaplikasian “berbagi” dan “kerja kolaborasi” yang saat ini sudah diwujudkan oleh Muhammadiyah melalui pembentukan Humanitarian Forum Indonesia (HFI) sebagai forum yang mewadahi lembaga lintas agama dalam kerja-kerja kemanusiaan.

Dalam diskusi tersebut juga dijelaskan bagaimana arah kajian buku bagi pengembangan visi ulang kemanusiaan universal Muhammadiyah.

Lalu, bagaimana kaitannya dengan Fiqih Kemanusiaan melalui pandangan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah. Kombinasi keduanya juga mencoba untuk mendefinisikan universalitas kemanusiaan secara luas dari pandangan lintas agama.  (Fan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here