SM Luncurkan Bisnis Baru di Sektor Peternakan

0
53

KABAREWISATA.COM – Perwakilan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) dan Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LazisMu) di wilayah Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman serta jajaran Direksi Suara Muhammadiyah dan tamu undangan lainnya turut menyaksikan peluncuran bisnis baru yang bergerak di sektor peternakan.

Baru-baru ini Suara Muhammadiyah memiliki inovasi berkemajuan dan bisnis baru yang bergerak di sektor peternakan. Dan bisnis ini yang dinamakan SM Farm resmi diluncurkan pada Kamis (2/5/2024) di Sendon, KalurahanTirtoadi, Kapanewon Cebongan, Kabupaten Sleman.

Kegiatan tersebut mendapat sambutan sangat positif dari warga masyarakat. Buktinya, setelah diresmikan sebanyak 178 ekor sapi langsung terjual.

Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media/Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari, MA Dt Marajo, mengungkapkan, pergerakan bisnis yang dilakukan SM di abad kedua selain sektor ekonomi dan pariwisata, juga mulai merambah ke bisnis peternakan.

Bagi Deni hal itu untuk pemenuhan kebutuhan hewan dan pangan. “Kebutuhan hewan kurban setiap tahun di Indonesia sekitar 2,7 juta per tahun,” kata Deni.

Seperti segmen hewan kurban kategori sapi, setidaknya ada 800 ribu ekor yang dibutuhkan oleh masyarakat. “Semua itu terdapat kans besar untuk bisa dimanfaatkan seluas-luasnya,” tandas Deni.

Menimbang jumlah yang sangat banyak itu merupakan peluang besar bagi SM agar bisa menjadi bagian distributor ataupun menjadi bagian dari peternakan.

“Kami berinisiatif dan tidak ada salahnya BulogMu yang memang menjadi bisnis di sektor pangan mencoba bergerak di sektor peternakan untuk kebutuhan Idul Kurban,” ujarnya.

Deni menyebut, saat ini tengah dipersiapkan sebanyak 500 ekor sapi yang didatangkan langsung dari Bali. Deni menargetkan ada 1.000 ekor hewan sapi. “Semua itu akan dikelola secara profesional dan mandiri sebagai reaktualisasi pilar dari bagian dakwah menggerakkan denyut nadi ekonomi di akar rumput,” ujar Deni.

Untuk tahap awal, SM menyiapkan 500 ekor sapi. “Tentu kita berharap dari ranting dan cabang menjadi mediator serta fasilitator untuk bagaimana usaha peternakan ini bisa dimanfaatkan oleh warga dan masjid-masjid,” ujarnya.

Deni mengutarakan, profit dari bisnis peternakan ini sisanya akan didermakan kepada LazisMu Bali. “Insya Allah sebagai komitmen SM, setiap transaksi ini uangnya selain masuk ke PP Muhammadiyah, juga akan disisihkan kepada LazisMu. Insya Allah lebih berkah,” kata Deni yang menerangkan hal itu sesuai dengan tagline SM Farm yaitu “Berkah dan Memberkahi”.

Adanya potensi yang sangat besar, Deni memetakan di DIY ada 1.000 masjid dan mushala. Kendati demikian, tidak sepenuhnya dimiliki oleh masjid Muhammadiyah. Tetapi Deni meyakini ada 100 masjid dan mushala yang dimiliki Muhammadiyah.

Di sinilah kacamata tajam Deni meneropong lebih jauh. Ada potensi yang bisa diperoleh dengan pengembangan bisnis peternakan ini.

Deni melihat bagaimana masjid dan mushala yang dikelola Muhammadiyah lebih dari 100. Jika pesanannya lebih dari 5 ekor sapi, maka kalkulasi keuntungan penjualan sapi yang dikelola Muhammadiyah sangat besar.

Maka, tidak ada kekuatan lain selain SM Farm menjadi kerja-kerja kolaboratif baik di level ranting, cabang, daerah maupun takmir masjid untuk mendistribusikan ternak tersebut untuk kepentingan ibadah kurban ke depan.

Menurut Deni, mengelola peternakan sebagai medium investasi. SM bukan saja hadir dalam mengelola peternakan secara komprehensif, tapi lebih jauh lagi hendak menjadi fasilitator dalam investasi.

Bisnis ini, papar Deni, tidak bersifat monopoli. “Tetapi bersifat jejaring dengan melibatkan segenap warga Persyarikatan untuk bersama-sama mengelola dan mengembangkan bisnis tersebut,” tandasnya.

Bagi warga Persyarikatan Muhammadiyah — baik ranting, cabang, daerah dan masjid — yang ingin berinvestasi dalam pengelolaan dan pengembangan peternakan bisa berkorespondensi dengan SM.

Selanjutnya bisa bergabung bersama SM untuk dikembangkan dan dikelola dalam bisnis peternakan, baik sapi maupun kambing.

Deni menyebut, pengejawantahan bisnis baru abad kedua ini merupakan representasi dari close loop economy. Yaitu perputaran ekonomi bergelintar hanya berada di dalam ruang lingkup internal. Artinya, tidak jatuh kepada pihak lain yang bisa memberikan profit dalam jangka panjang.

“Inilah yang dilakukan oleh gerbong-gerbong para kapital di negara ini. Bagaimana putaran uang itu dari mereka ke mereka,” kata Deni.

Dan SM berinsiatif untuk belajar agar konsep close loop economy ini bisa diwujudkan bagaimana putaran ekonomi berputar di tangan-tangan Muhammadiyah. (Fan) 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here