Saatnya Yogyakarta Menjadi Destinasi Wisata Religi

0
67

KABAREWISATA.COM – Drs H Taufik Ridwan, Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) DIY, dan juga anggota Dewan Pertimbangan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, merasa bersyukur karena di Kota Yogyakarta diselenggarakan ASEAN Tourism Forum (ATF) di JEC pada 3-6 Februari 2023.

“Sebagai warga Yogyakarta dan pelaku industri bisnis pariwisata saya sangat senang dan bersyukur,” kata Taufik Ridwan, Sabtu (28/1/2023).

Kata Taufik, saatnya semua destinasi wisata lebih semangat berbenah dan bertahan untuk selalu menarik wisatawan.

“Wisatawan akan menjadi tuman kalau di tempat wisata memiliki banyak kesan dan nilai positif,” ungkap Taufik Ridwan.

Dimulai dari para petugas dalam penyambutan dengan ikhlas dan riang gembira, ramah dan entengan walau sekadar diminta motret, lokasi yang bersih, kamar mandi yang bersih dan wangi serta yang tidak kalah adalah keberadaan masjid atau mushola yang bagus, bersih dan menyenangkan.

Tempat salat di setiap lokasi pariwisata harus ada dan menyenangkan. “Ini bisa diprogram oleh pokdarwis atau pengelola dan juga menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk mewujudkannya,” kata Taufik.

Ketika destinasi wisata menarik dan tumbuh menjadi pilihan semua komunitas masyarakat, maka otomatis menghidupkan UMKM dan bisnis di lokasi wisata. “Otomatis akan ikut mengentaskan kemiskinan,” tandasnya.

Kan lucu, wisata yg hidup dan seolah ramai dengan padatnya wisatawan menjejali Yogyakarta kok tidak berdampak pada kesejahteraan masyarakat. “Seharusnya kuantitas kunjungan wisatawan berdampak pada kualitas hidup masyarakat,” kata Taufik lagi.

Bagi Taufik, sifat mengalah warga Yogyakarta untuk tidak keluar rumah saat Kota Yogyakarta penuh wisatawan seharusnya diperhatikan oleh pemerintah. “Dengan kompensasi kebaikan,” kelakarnya.

Wujudnya banyak cara. Perlu dikaji lebih mendalam lewat riset oleh Perguruan Tinggi. “Bagaimana kondisi masyarakat ketika takut dengan keramaian, kemacetan dan tertekan,” papar Taufik.

Saat ini, banyak orang yang penasaran untuk datang ke Solo karena ada masjid Al Sayed yang megah dan luas. “Menjadi pengingat kita bahwa keberadaan masjid yang megah, dikelola secara profesional dan welcome kepada semua pendatang akan menjadi menarik wisatawan datang,” ungkap Taufik.

Keberadaan masjid di Yogyakarta yang megah dan bisa memiliki peran, sebagaimana masjid Jogokariyan Yogyakarta, sangat dibutuhkan dan diperbanyak.

Saat ini harus ada penyadaran para pengelola masjid atau takmir untuk mau menjadikan masjid juga menjadi destinasi wisata ruhani. Bahkan, di setiap masjid bisa dihidupkan kegiatan bisnis atau koperasi yang profesional dan menjadi partner UMKM.

Di Kota Yogyakarta perlu juga dibangun destinasi wisata religi berbasis makam atau kuburan. Sebagai contoh, di komplek Kampus Utama Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jl Jenderal Ahmad Yani, Ringroad Selatan, telah dibangun Museum Muhammadiyah yang megah dan isinya sangat modern serta menantang wisatawan untuk memahami perkembangan dakwah Islam.

Nah, tidak jauh dari Kampus Utama UAD, tepatnya di Karangkajen, ada makam pendiri Muhammadiyah: KHA Dahlan.

Ziarah ke makam bagi seorang muslim itu disunahkan. Maka, kalau misalnya makam Kyai Ahmad Dahlan itu dikemas dan dikelola menjadi destinasi wisata ziarah, barangkali menjadi menarik dan perlu dipraktikkan.

Tetapi, bagaimana tata cara dan etika berziarah sesuai sunnah Rasulullah harus ditata dan dijadikan aturan bagi wisatawan ziarah.

Sungguh menarik andaikan jutaan warga Muhammadiyah khususnya dan kaum muslim di seluruh dunia berziarah ke makam pendiri Muhammadiyah sekaligus melihat hasil ikhtiyar almarhum.

“Ziarah makam yang sesuai tuntutan Rasulullah menarik diadakan dan diperbanyak di Yogyakarta,” kata Taufik Ridwan.

Menurutnya, Yogyakarta harus menjadi kota yang penuh berkah. Di antaranya banyak makanan yang halal dan berkah. Adanya penjual makanan dengan menu daging anjing atau babi harus diperjelas keberadaan dan lokasinya. “Pemerintah harus menertibkan dengan zonasi atau memaksa kepada para penjualnya untuk transparan,” jelas Taufik.

Bagi Taufik, PPHI DIY sangat membuka kerjasama dengan banyak UMKM untuk mendapatkan sertifikat halal bagi produknya.

Pengakuan halal atas produk tertentu pastilah memberi manfaat dan akan mendongkrak pada penjualannya. UMKM pemilik produk halal pasti akan mendongkrak kepada keberkahan dan kehidupan lebih baik.

“Pariwisata halal harus bisa menjawab tentang bagaimana mengentaskan kemiskinan,” kata Taufik Ridwan, yang menjelaskan hal itu dimulai dari produk halal yang disajikan kepada masyarakat. (Fan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here