Peran Ekonomi Pusaka dalam Pencapaian Pembangunan Berkelanjutan 2030

0
44

KABAREWISATA.COM – Belum lama ini berlangsung Seminar Nasional “Peran Ekonomi Pusaka dalam Pencapaian Pembangunan Berkelanjutan 2030. Studi Kasus: The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landscape”. Merupakan buah pemikiran panjang sejak pandemi Covid-19 tahun 2020.

Dr Eng Ir Laretna Trisnantari Adishakti, M.Arch, seorang penggagas Jogja Heritage Society, peneliti dan staf pengajar Jurusan Teknik Arsitektur UGM, menjelaskan, hal itu berawal dari diskusi dan bermusik lagu-lagu pusaka dari rumah, kemudian terbentuk Tim Arsitektur Infrastruktur 1+1=7 yang konsisten berdiskusi setiap Selasa pukul 07.00 WIB pagi.

“Dan ketika kondisi sudah lebih kondusif diskusi dilakukan Selasa malam,” terang Laretna T Adishakti, Minggu (4/12/2022), yang menambahkan hingga kini sudah berjalan sekitar 90 kali.

Mulai Januari 2022, Renungan Pagi Ekonomi Pusaka menjadi santapan tim setiap bulannya bekerjasama dengan CoE Sustainable Environment – ERIC FT UGM, IAI DIY dan IAAI. Di renungan ke-4 ini lahirlah Komunitas Ekonomi Pusaka Inklusif dan Berkelanjutan (KEPel).

Sejak Renungan Ekonomi Pusaka ke-6, kata Laretna, lokus pembahasan difokuskan pada nominasi The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landscape dengan berbagai pendekatan yang perlu dilakukan.

Road map Ekonomi Pusaka juga disampaikan Laretna mengawali Seminar Nasional. Selanjutnya, Laretna memandu jalannya diskusi panel 1 dengan topik Historic Urban Landscape (HUL) dan Perangkat Keuangan dengan menampilkan Dian Lakshmi Pratiwi (Kepala Dinas Kebudayaan DIY), Punto Wijayanto (FTSP Universitas Trisakti, BPPI) dan Marsis Sutopo, M.Si (Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia 2021-2024).

Pembahasan mengangkat isu-isu krusial, mulai dari tata kelola dengan pendekatan HUL yang melibatkan partisipasi masyarakat, dialog lintas ilmu dan bidang hingga pentingnya membangun platform seperti Public Private Partnership untuk pusaka.

Sementara itu, tantangannya adalah keterbatasan sumber daya manusia (SDM), terutama terkait HUL dan perangkat keuangannya.

“Kami sepakat, perbincangan ini perlu dilanjutkan dengan praktek-praktek nyata di lapangan dan di Yogyakarta,” kata Laretna.

Setelah itu, seminar dilanjutkan dengan panel 2 “Olah Desain Arsitektur Pusaka dan Mempersiapkan Pusaka Masa Datang” dan panel 3 “Konektifitas dan Infrastruktur Hijau di Kota Pusaka”. (*/Fan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here