KABAREWISATA.COM – Peran Nasyiatul Aisyiyah layak untuk berdaya dan berkemajuan tidak hanya di DIY saja. “Namun, perempuan secara keseluruhan,” kata Ir Ahmad Syauqi Soeratno, MM, Ahad (12/3/2023).
Dalam dialog tematik di depan keluarga besar Nasyiatul Aisyiyah DIY, Syauqi mengatakan bahwa pemberdayaan perempuan dan anak diawali dari perjuangan ibu-ibu Aisyiyah yang peduli dengan anak-anak yang tidak semua memiliki kesempatan mendapatkan stimulasi bermain.
“Jika dilihat lebih jauh, kemampuan ekonomi keluarga di Indonesia belum mapan, bahkan televisi merupakan barang mewah yang tidak semua rumah memiliki,” ungkap Syauqi.
Dikatakan Syauqi, perjuangan perempuan untuk ikut andil dalam pendidikan begitu luar biasa. “Maka tidak heran kalau ibu-ibu lebih militan dalam berorganisasi, termasuk bermajlis. Ini bisa dilihat dari banyaknya ibu-ibu mengikuti pengajian untuk semakin berdaya dan berkemajuan,” ungkap Syauqi.
Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah ini mengatakan, perkembangan karakter anak juga dibentuk dari perempuan atau ibu.
“Perlu diingat bahwa dunia sudah berubah, gagasan yang dibawa anaklah yang akan memengaruhi kehidupan anak selanjutnya,” terang Syauqi.
Saat ini tidak lagi berfikir orang tua akan membentuk menjadi apa? Perlu diingat bahwa apapun yang dilakukan sekarang, memiliki time frame yang lebih pendek.
Syauqi lantas menyontohkan perkembangan transportasi umum. Perusahaan taxi menawarkan kemudahan di mana penumpang bisa menunggu di pinggir jalan ataupun memesan melalui telepon. Namun saat ini kemudahaan penumpang memesan sudah bergeser melalui aplikasi online.
“Maka, jika Nasyiah tidak berkemajuan dalam berfikir, ilmu yang dimiliki tidak lagi dapat memberdayakan lagi,” ungkap Syauqi.
Tantangannya adalah bagaimana NA mampu berkiprah bagi perempuan dan juga ibu muda. “Peran strategis perempuan muda Nasyiatul Aisyiah harus di berbagai lini,” papar Syauqi.
Dalam refleksi bagi Nasyiah, Syauqi menyampaikan lima cara untuk sukses berorganisasi. “Geser mindset kader Nasyiah dari pemikiran old school ke pemikiran yang progresif menyesuaikan zaman, kreatif inovatif dalam berkegiatan, berani mengambil segara risiko atau taking risk,” kata Syauqi.
Selain itu, selalu menjaga semangat belajar terhadap hal-hal baru (learning antusiasm). “Terakhir yang tidak kalah penting adalah adversity quotiens yang artinya kader Nasyiah menggunakan kecerdasannya untuk mengarahkan, mengubah cara berfikir dan tindakannya ketika menghadapi hambatan dan kesulitan sehingga Nasyiah mampu terus berkiprah di setiap zaman,” kata Syauqi yang calon DPD RI Dapil DIY Utusan Muhammadiyah. (Fan)