Pencak Malioboro Festival, Kolaborasi Seni Bela Diri dan Pertunjukan 

0
5
Pencak silat dapat mengasah kreatifitas dan terus berinovasi dalam mengemas pencak silat menjadi sebuah pertunjukan yang menarik bagi masyarakat umum. (Foto: Humas Pemkot Yogyakarta)

KABAREWISATA.COM – Selain memperlihatkn koreografi pencak silat yang beragam, aspek seni dan budaya serta kreativitas juga menjadi penilaian pada Pencak Malioboro Festival.

Lomba Koreografi Pencak Silat Kategori Umum Juara I diraih Sandya Macan (Muntilan, Jawa Tengah) mendapatkan Piala Sri Paduka KGPAA Paku Alam X dan uang tunai Rp 4 juta, Juara II Teureuh Pajajaran (Jawa Barat) mendapatkan piala dan uang tunai Rp 3 juta, Juara III diraih Margo Laras Budaya (Surakarta, Jawa Tengah) mendapatkan piala dan uang tunai Rp 2 juta, Juara Potensial diraih Sigrak Bawono (Muntilan, Jawa Tengah) mendapatkan piala dan uang tunai Rp 1 juta.

Lomba Koreografi Pencak Silat Kategori Anak Juara I dimenangkan oleh Singa Perbangsa (Karawang) mendapatkan Piala Sri Sultan Hamengkubuwono X dan uang tunai Rp 3 juta, Juara II diraih Cakra 1 Nglipar (Gunungkidul) mendapatkan piala dan uang tunai Rp 2 juta, Juara III diraih Cantrik Singgelopuro (Purworejo) mendapatkan pila dan yang tunai Rp 1 juta, Juara Potensial diraih Windujati (Muntilan) mendapatkan piala dan uang tunai Rp 500 ribu.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, secara langsung memberikan penganugerahan Piala Sri Paduka KGPAA Paku Alam X pada Lomba Koreografi Pencak Silat untuk pemenang kategori anak yang diraih Perguruan Silat Cakrabuana Kuwusangkan dari Karawang, Jawa Barat.

Sedangkan untuk pemenang Lomba Koreografi Pencak Silat kategori umum yang memperebutkan Piala Sri Sultan Hamengkubuwono X diraih Sandya Macan dari Muntilan, Jawa Tengah.

Penghargaan tersebut diserahkan pada acara Pencak Malioboro Festival #7 yang diselenggarakan oleh Tangtungan Project di Taman Pintar Yogyakarta, Sabtu (11/11/2023).

Singgih berharap, para praktisi pencak silat dapat terus mengasah kreatifitas dan terus berinovasi dalam mengemas pencak silat menjadi sebuah pertunjukan yang menarik bagi masyarakat umum.

Pencak silat telah dinyatakan sebagai Warisan Budaya Tak Benda atau intangible heritage oleh UNESCO sejak tahun 2019.

Acara tersebut merupakan acara tahunan berskala internasional, yang diharapkan dapat membangkitkan pelestarian dan mempopulerkan pencak silat sebagai warisan budaya bangsa Indonesia.

Selain Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan melalui pencak silat yang stigmanya adalah kekerasan, dapat dimaknai sebagai seni beladiri yang luar biasa. “Tentunya, ini menjadi kebanggaan semua masyarakat Indonesia,” jelas Singgih.

Selain ikut melestarikan budaya pencak silat, kegiatan ini merupakan bagian dari daya tarik wisata untuk datang ke Kota Yogyakarta.

Oleh karenanya Singgih berharap, pagelaran yang memadupadankan antara seni budaya, kreativitas dan olahraga ini dapat terus dilestarikan.

Pada kesempatan itu Singgih mengucapkan terimakasih, terutama kepada anak-anak yang menjadi satu kebanggaan pencak silat.

“Semoga kegiatan ini terus dilestarikan dan anak-anak terus menggemari pencak silat sehingga terbentuk sifat dan karakter anak yang tangguh menghadapi situasi yang dinamis seperti saat ini,” kata Singgih.

Event Pencak Malioboro Festival diharapkan terus diadakan sehingga atlet pencak silat terus bertambah dan dapat membanggakan Indonesia.

Untuk anak-anak, yang namanya pencak silat tidak kalah keren dari olahraga lainnya. Terlebih ada unsur seni pertunjukan. Semoga ini menjadikan semangat bersama dan harapannya kegiatan ini sebagai event tahunan yang terus dilaksanakan. (*/Fan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here