Menelusuri Sumber dan Jejak- jejak Sejarah Terdahulu

0
18

KABAREWISATA.COM – Sebanyak 79 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) telah melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di tiga kota sekaligus: Cirebon, Bandung dan Jakarta.

Dalam kegiatan tersebut diikuti 4 orang dosen pendamping: Prof Dr Sugeng Priyadi M.Hum, Dr H Asep Daud Kosasih, M.Ag, Arifin Suryo Nugroho, MPd dan Rendi Marta Agung, M.Pd.

Kepala Program Studi Sejarah, Sumiyatun Septianingsih, M.Pd, mengatakan, KKL Nasional Sejarah ini merupakan perjalanan kedua pasca pandemi di tahun 2020-2021.

“Sebelumnya, telah mencoba mengawali KKL di tahun 2022, sebagai salah satu implementasi mata kuliah praktik,” kata Sumiyatun Septianingsih, Kamis (25/5/2023) di Purwokerto, Jawa Tengah.

Salah satu poin penting program kurikulum tersebut adalah implementasi mata kuliah KKL 1 bagi semester 2 dan KKL 2 bagi semester 4. KKL 1 berfokus pada obyek studi Hindu Buddha dan Praaksara, sementara KKL 2 berfokus pada obyek studi kebudayaan Islam dan Indis.

Obyek yang menjadi kajian di Cirebon, Bandung dan Jakarta, tepatnya di Batavia sebagai kota utama pada masa kolonial. Dari tiga kota tersebut, setidaknya ada 10 obyek studi sejarah dan 9 di antaranya adalah obyek utama.

Obyek studi tersebut adalah Museum Linggarjati, Keraton Kasepuhan Cirebon, Museum Sri Baduga Bandung, Museum Geologi, Museum Nasional, Perpusnas RI, Arpusda DKI Jakarta, Monumen Pancasila Sakti.

“Kajian juga dilakukan di kota Batavia yang kini menjadi pusat Jakarta dan masjid terbesar di Asia Tenggara, yaitu masjid Istiqlal,” ungkap Sumiyatun Septianingsih.

Prodi Pendidikan Sejarah bersama panitia KKL Nasional Sejarah tahun 2023 dan Biro Mitra Tour Purwokerto pada 16-17 Mei 2023 telah melakukan evaluasi kegiatan KKL Nasional Prodi yang telah dilaksanakan pada 10-13 Mei 2023 yang diikuti semua angkatan semester 2, 4, 6 dan 8.

KKL tersebut merupakan syarat akademik selama menjadi mahasiswa S1 Sejarah. Sesuai kurikulum untuk dapat melaksanakan dua kali KKL Nasional Sejarah.

KKL Sejarah secara Nasional bukan sekadar upaya menyegarkan kepala dan pikiran di tengah banyaknya tugas akademik, namun juga menjadi media dalam penelusuran sumber dan jejak- jejak sejarah terdahulu.

Selain melaksanakan tugas kelompok di lapangan, mahasiswa juga berlatih praktik mata kuliah pemanduan wisata sejarah di obyek studi.

Disampaikan Sumiyatun, hal itu akan menjadi sarana yang pas bagaimana seharusnya mahasiswa dan dosen sejarah menikmati sebuah perjalanan yang bernuansa pendidikan, namun juga hiburan yang sarat ilmu.

Nantinya obyek studi sejarah yang dikunjungi itu sebagai bahan literasi dan menjadi sumber analisis pembuatan video maupun laporan tertulis yang terbagi dalam 17 kelompok dengan jumlah dosen pembimbing 6 orang. (Fan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here