Membumikan Makna Memayu Hayuning Bawana

0
66
oplus_2

KABAREWISATA.COM – Kapanitraan Kadipaten Pakualaman Yogyakarta menggelar dialog budaya malam Sabtu Kliwon di Kagungan Dalem Kepatihan Pakualaman, Jum’at (17/5/2024) malam.

Kegiatan yang dipandu KMT Ndoyodiprojo membahas merawat tradisi pemikiran dalam upaya membumikan makna Memayu Hayuning Bawana bagi kesejahteraan masyarakat di Kadipaten Pakualaman. Menampilkan pembicara Prof Dr H Abdul Mustaqim, MA dan dr KPH H Kusumoparastho.

Landasan filosofi keistimewaan adalah Memayu Hayuning Bawono, Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawulo Klawan Gusti. “Tentunya, landasan filosofis ini dapat diterjemahkan dalam perspektif budaya untuk dapat dioperasionalkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat DIY,” kata KPH H Kusumoparastho.

Seperti disampaikan Kusumoparastho, berdirinya Kadipaten Pakualaman bukan dari ambisi untuk mendapat kedudukan. “Tetapi dari kesetiaan, kemampuan akal, didasari kepasrahan kepada Tuhan,” tandas KPH Kusumoparastho.

Bagi Kusumoparastho, menjadi persoalan adalah membumikan filosofi keistimewaan ini agar dapat diimplementasikan (operasionalkan) untuk kesejahteraan masyarakat. “Kadipaten Pakualaman memberikan masukan tentang filosofi keistimewaan dengan menggunakan tradisi pemikiran,” paparnya.

Nampaknya, lanjut Kusumoparastho, dalam budaya itu ada yang antroposentris. “Artinya, budaya yang bertumpu pada masing-masing perjalanan manusia. Akibatnya dalam menerjemahkan sesuatu ada berbagai bentuk, tidak ada rujukan yang jelas,” kata KPH Kusumoparastho.

Di sisi lain Prof Dr H Abdul Mustaqim, MA, yang menyampaikan relasi agama, negara dan budaya mengatakan bahwa konsep umum indikator moderasi beragama bersikap toleran, seimbang dan setara, memiliki komitmen kebangsaan, anti terhadap kekerasan dan menghargai nilai-nilai tradisi dan budaya lokal.

Pada kesempatan itu Abdul Mustaqim menyinggung budaya seni wayang simbol Punokawan: Puntadewa, Werkudara (Bima), Janoko (Arjuna), Nakula dan Sadewa. Sampaikan pula dinamika pola relasi hubungan agama dan budaya. (Fan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here