Masyarakat Condongcatur Mengelola Sampah Organik Secara Mandiri

0
10
Mengelola sampah organik secara mandiri perlu dilakukan masyarakat. (Foto: Pemkal Condongcatur)

KABAREWISATA.COM – Mengingat keadaan sampah di DIY saat ini — terutama wilayah Kabupaten Sleman — terkena dampak dari penutupan TPA Piyungan sehingga berbagai usaha untuk mengelola sampah organik secara mandiri perlu dilakukan masyarakat.

Berkaitan hal tersebut Pemerintah Kalurahan Condongcatur, Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman, adakan sosialisasi pengelolaan sampah organik bekerja sama dengan Fakultas Biologi UGM.

Kegiatan yang berlangsung di Ruang Wacana Loka Kalurahan Condongcatur, Selasa (25/6/2024), diikuti 33 Kelompok Pengelola Sampah Mandiri (KPSM) dan 18 Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tersebar di Kalurahan Condongcatur serta perwakilan pihak ketiga sebagai pengambil sampah rumah tangga.

Ulu-Ulu Condongcatur, Murgiyanta, SE, mengatakan, sosialisasi itu untuk memberikan pengetahuan dan solusi. “Terutama kepada masyarakat melalui KPSM dan KWR yang ada di Kalurahan Condongcatur untuk membantu permasalahan sampah organik,” kata Murgiyanta.

Ke depan, diharapkan ada sinergi antara KPSM dan KWT untuk mewujudkan penanganan sampah organik melalui sosialisasi dan solusi.

Ketua Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) Condongcatur Resik, Ani Sumiarti, S.Pt, menjelaskan, berbagai usaha telah dilakukan untuk mengelola sampah organik secara mandiri bersama Tim Satgas Sampah Fakultas Biologi UGM.

Ketua Satgas Sampah Fakultas Biologi UGM, Soenarwan Herry Poerwanto, S.Si, M.Kes, menyampaikan, sampah dibedakan menjadi empat yaitu sampah organik, anorganik, residu dan sampah B3.

Sampah anorganik dari masyarakat oleh pemerintah tertangani dengan adanya bank sampah, sedekah sampah dan Tempat Pemrosesan Sampah Berbasis 3R.

Sampah residu dari masyarakat ditangani melalui Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST) sedangkan sampah B3 tertangani oleh pihak swasta yang ditunjuk pemerintah.

Sampah organik dari masyarakat yang jumlahnya hampir 60-70 persen dari total sampah yang ada, diharapkan dapat diselesaikan dari sumbernya oleh masyarakat dengan mengenali sampah yang ada di rumah dengan memilah sampah, lalu dibuat pupuk.

Pada kesempatan itu Drs Hari Purwanto, MP, Ph.D dari Satgas Sampah Fakultas Biologi UGM menjelaskan metode 3R: Reduce, Reuse dan Recycle.

Juga metode pengelolaan sampah organik menggunakan komposter, ember tumpuk, loseda, biopori, eco enzym dan maggot.

Dilakukan pula praktek pengelolaan sampah organik dengan metode fermentasi menggunakan probiotik Bio 2023 yang diproduksi Fakultas Biologi UGM dengan kelebihan kandungan mikrobanya lebih banyak sehingga mempercepat waktu pematangan pupuk kompos. (Fan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here