Limbah Sawit Jadi Solusi Malam Batik, LPPM ISI Yogyakarta Bersama RSPO Kembangkan Inovasi Ramah Lingkungan

0
63
Peserta FGD LPPM ISI Jogja dan RSPO Tahap II wilayah Surakarta, Lasem, Tuban dan Madura, di Hotel Solia Zigna Kampung Batik, Laweyan, Surakarta, Jateng, Jumat (3/5/2024) - (foto : rahmad)

KABAREWISATA.COM – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta bersama Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) kembali menggelar Focus Group Discussion (FGD) tahap II di Meru Meeting Room, Hotel Solia Zigna, Surakarta, Jawa Tengah, pada Jumat (3/5/2024). Tujuan acara ini adalah untuk membahas penggunaan bahan lilin (malam) dari limbah minyak kelapa sawit dalam industri batik.

Selain itu, kegiatan FGD ini berguna untuk menggali data perhitungan kelayakan secara ekonomi apabila minyak kelapa sawit digunakan sebagai komponen pengganti lilin atau malam yang biasanya berasal dari minyak bumi dalam industri batik.

FGD Tahap II ini merupakan bagian dari rangkaian FGD yang terdiri dari 3 tahap. Tahap I telah dilaksanakan di Pekalongan untuk wilayah Cirebon, Pekalongan, dan Yogyakarta, sedangkan Tahap III akan dilaksanakan di Jakarta untuk merangkum hasil kajian potensi penggunaan lilin (malam) dalam industri batik.

Kegiatan yang dibuka oleh Ketua LPPM ISI Yogyakarta, Dr. Nur Sahid, M.Hum, dengan keynote speaker Mahatma Windrawan Inantha, Deputy Director Market Transformation RSPO Indonesia dihadiri oleh tokoh akademisi seperti Wakil Rektor 3 ISI Surakarta Dr. Sugeng Nugroho, Ketua LP2MP3M ISI Surakarta Dr. Sunardi, Direktur Pascasarjana ISI Surakarta Prof. Dr. Dra. Sunarmi, serta tokoh penting dari Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Gadjah Mada.

Dari pelaku industri batik, hadir Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FKBL) Ir. Alpha Febela Priyatmono, Ketua Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur (APBJ) Wirasno, dan beberapa pembatik terkemuka dari Lasem, Rembang, dan Pamekasan, serta produsen lilin (malam) batik dan awak media.

Ketua LPPM ISI Yogyakarta, Nur Sahid mengungkapkan, “Kami dari LPPM ISI Yogyakarta bekerjasama dengan RSPO, mengumpulkan masukan dari para peserta, narasumber, praktisi pembatik, serta akademisi terkait dengan rantai pasok dan penggunaan lilin (malam) di industri batik.”

Selanjutnya Mahatma Windrawan Inantha, Deputy Director Market Transformation RSPO Indonesia, menyatakan, “Kepentingan kita adalah membuat substitusi dari bahan yang tidak terbarukan, seperti malam dari minyak bumi, dengan stearin atau malam batik yang bersumber dari limbah minyak kelapa sawit (nabati) di industri batik.”

Sementara Iwan, salah satu anggota Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan yang juga pemilik usaha Batik Puspa Kencana menambahkan, “Dengan penggunaan malam dari kelapa sawit diharapkan dapat mendukung dan meningkatkan produksi batik yang ramah lingkungan.”

Kolaborasi antara LPPM ISI Yogyakarta, RSPO, pelaku industri batik dan media diharapkan akan menghasilkan pandangan yang jelas dan solusi inovatif terkait pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk mendukung industri batik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di Indonesia. (soe)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here