KABAREWISATA.COM – Sejak dulu kala, Kota Yogyakarta adalah kota tujuan merantau, khususnya untuk meraih pendidikan berkualitas.
Lulusan dari Yogyakarta, hampir pasti “terpakai” di daerah asal, entah sebagai guru, dosen, pejabat pemerintah dan posisi strategis lain. Semakin lama, dalam cerita menjadi alumni Yogyakarta adalah kebanggaan dan menjadi sosok favorit di kampung halaman.
Berubahnya waktu, karena sekolah dan perguruan tinggi di daerah-daerah seluruh Indonesia mengalami peningkatan kualitas dan dapat meyakinkan bahwa pendidikan di daerah tidak kalah berkualitasnya, juga beberapa kasus “memalukan” di Yogyakarta diekpos besar-besar, maka citra Yogyakarta menjadi berbahaya dan tidak aman menjadi bahan pertimbangan para orang tua dalam mengirimkan anak-anaknya merantau ke Yogyakarta.
Anak-anak muda dari Pringsewu, Lampung, hampir semuanya menjadikan Kota Yogyakarta sebagai target merantau. “Karena sudah berpuluh tahun berada di kota budaya ini sungguh krasan dan rasanya tak mungkin meninggalkan Yogyakarta,” kata Rakhmat Riyadi selaku Ketua Paguyuban Pringsewu Rantau Yogyakarta dan Jateng (Papringan).
Di sela-sela merayakan HUT ke-7 Papringan pada 5 Maret 2023 lalu di restoran Bumi Bawana Manisrenggo, Klaten, Jawa Tengah, Rakhmat berharap generasi muda untuk tidak canggung dan takut untuk merantau ke Yogyakarta.
Rakhmat yang dinas di Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) Yogyakarta menjelaskan, saat ini Kota Yogyakarta aman dan menyenangkan. “Sampai saat ini apapun murah, utamanya makanan,” kata Rakhmat yang punya hobi menyanyi ini.
Pada bagian lain Elly Mahfuzh berharap, banyaknya kelompok masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bisa dijadikan Pemerintah Daerah sebagai jembatan pembangunan daerah di seluruh Indonesia.
Elly yang sudah menjadi warga Yogyakarta dan masih mempunyai saudara serta leluhur di Lampung, memiliki ide dan kerja nyata untuk menjaga Yogyakarta yang istimewa. “Karenanya manfaatkan kemampuan kami untuk Yogyakarta yang istimewa,” kata Elly.
Elly berharap, kekayaan intelektual para perantau semoga bisa dijadikan modal membangun bangsa. “Khususnya kota Yogyakarta,” tandasnya.
Selama ini, jiwa perantau itu memiliki sifat tidak mau menyerah dan tidak berhenti sebelum mati. Dalam bekerja dan bersilaturahmi, para perantau memiliki semangat dan kelebihan energi.
Selama ini, Papringan menampung para perantau dari Pringsewu, yang saat ini sudah menjadi kabupaten dan kota yang terkenal sebagai kabupaten sejuta lawet. Karena banyak bangunan burung lawet dan menghasilkan produk berkualitas.
Papringan tempat para perantau dari Pringsewu Lampung merajut silaturahmi dengan berbagai profesi.
Para perantau yang sudah bertahun-tahun tinggal di Yogyakarta, menikah dengan orang Yogyakarta atau hidup bersama dengan sesama asli Pringsewu, ketika berkumpul banyak kenangan diungkapkan.
Ketika berkumpul mereka layaknya saudara kandung, saling merindu ketemu dan banyak makanan khas Lampung dibawa untuk dinikmati bersama.
Pada tahun ke-7 Paguyuban Papringan itu didirikan, banyak program direncanakan. Di antaranya kepedulian dan membangun desa. “Membangun kepedulian dengan kampung halaman tak akan dilupakan, walau tetap tinggal di Yogyakarta yang istimewa,” papar Rakhmat. (Fan)