Event Tugu Jogja Expo, Pelaku UMKM untuk Berjualan Sangat Besar

0
22

KABAREWISATA.COM – Event Tugu Jogja Expo ini adalah inisiatif Sekber Keistimewaan DIY bersama Republik Altar Ria. “Kami adalah komponen masyarakat yang ikut dalam pengorganisiran rakyat dalam proses mendorong pengesahan UUK DIY,” kata Widihasto Wasana Putra, Ketua Penyelenggara Tugu Jogja Expo, Jum’at (16/12/2022).

Jauh setelah itu berkolaborasi melakukan gerakan-gerakan sosial, ekonomi, budaya berkelanjutan, dalam rangka turut mengupayakan kesejahteraan rakyat.

Pada 16 September 2022 – 16 Oktober 2022 lalu, menyewa lahan Pemda DIY di Jalan Parangtritis km 3 di bekas Kampus STIE Kerjasama selama 2 bulan untuk event Pasar Rakyat Jogja Gumregah nostalgia pasar malam Sekaten.

Animo para pelaku UMKM untuk berjualan sangat besar. Dua hari pendaftaran dibuka semua stand habis disewa. Demikian pula dengan antusias pengunjung selama sebulan sangat tinggi. Meriah. Ekonomi bergerak.

Lahan yang sudah lama “tidur lelap” tiba-tiba padhang jingglang (terang benderang) memberikan kemanfaatan sosial, ekonomi dan budaya bagi masyarakat.

Pasar Rakyat Jogja Gumregah juga menjadi kanalisasi sosial bagi para pelaku usaha setelah Alun-alun Utara sebagai salah satu warisan arkeologis utama direstorasi.

By the way terus melangkah. Akhir September 2022 menjajagi kemungkinan menyewa lahan bekas Hotel Trio di Jalan Margo Utomo Yogyakarta untuk event serupa.

Kondisinya cukup menantang. Kumuh, kotor, banyak pecahan beling (kaca) serta pepohonan tinggi dan semak belukar laksana hutan di tengah kota.

“Cukup lama kami merenung. Mengapa lahan di pusat kota memiliki nilai strategis tinggi tak disentuh oleh para pemangku kebijakan,” kata Widihasto, yang lalu melanjutkan langkah.

Niatannya cuma satu: membuat event produktif di lahan yang tidak produktif. “Cukup lama kami membangun komunikasi dan menciptakan trush atau kepercayaan dari pemilik lahan bekas hotel Trio seluas 1,1 hektare tersebut,” ungkap Widihasto.

Alhasil, pertengahan November 2022 diijinkan menyewa selama satu bulan, yang kemudian segera dibersihkan. Butuh 101 rit dump truck untuk membuang potongan pohon, semak belukar dan sampah. Pagar seng penutup lantas dibongkar. Para pedagang kaki lima yang menjejali trotoar bisa dipindahkan tanpa gejolak.

Pada 28 Nopember 2022 menghadap Penjabat Walikota Yogyakarta, Sumadi, SH, MH, memaparkan rencana kegiatan yang diberi nama Tugu Jogja Expo (TJE).

Pj. Walikota Yogyakarta memberikan tanggapan positif. “Pada prinsip pihak Pemerintah Kota mendukung kegiatan-kegiatan yang sifatnya membangkitkan perekonomian masyarakat dan menunjang pariwisata seperti event TJE,” kata Sumadi.

Menurut Sumadi, hal-hal teknis akan dikoordinasikan lebih lanjut. Dukungan Pj. Walikota terhadap TJE lantas diunggah di di akun instagram @hastoprakosa. “Dukungan ini tentu makin menyemangati kami,” tandas Widihasto.

Hari berikutnya, Widihasto bersurat ke Pemerintah Kota Yogyakarta untuk memohon dapat difasilitasi rakor teknis sebagaimana arahan Pj. Walikota Yogyakarta saat menghadap. “Kami sudah dihubungi Asisten Kesra Pemkot untuk penjadwalan rakor, tapi hari berikutnya info disposisi penyelenggara rakor bergeser ke Asisten Umum,” ungkap Widihasto.

Sampai Selasa, 6 Desember 2022 belum ada kepastian rakor di Pemkot Yogyakarta sehingga Widihasto dan kawan-kawan berinisiatif membuat rakor pada Rabu, 7 Desember 2022 di Ndalem Poenokawan Yogyakarta dengan mengundang Pj Walikota Yogyakarta dan jajaran OPD Pemkot terkait sampai Kemantren Jetis dan Kalurahan Gowongan.

Tapi, dari semua yang diundang, yang hadir hanya Danramil Jetis, Ketua RW 12 dan RW 13 Jogoyudan. Infonya, pihak kepolisian ada pengamanan RI 1 dan di kelurahan juga bersamaan ada rapat. “Dari jajaran Pemkot Yogyakarta juga tidak ada konfirmasi,” papar Widihasto.

Akhirnya pada Senin, 5 Desember 2022 pihaknya mengajukan permohonan rekom kegiatan ke UPT Pengelola Cagar Budaya Pemkot Yogyakarta. Pada 6, 7, 8 Desember 2022, setiap hari Widihasto mendatangi UPT untuk menanyakan tanggapan surat permohonannya. “Dikatakan belum dapat ditanggapi karena pimpinan Ihwanto tengah cuti,” ujar Widihasto, yang menambahkan tanggal 8 Desember 2022 sudah pembukaan.

Kamis, 8 Desember 2022 pembukaan TJE diawali dengan pawai budaya dari Tugu, Yogyakarta, dihadiri perwakilan Polresta Yogyakarta dan Kodim 0734/Kota Yogyakarta.

Sejak dibuka, TJE langsung ramai. Warga yang membuka parkir lantas diimbau untuk tidak nuthuk harga, tapi dengan tarif sesuai ketentuan pemerintah.

Pada 9 Desember 2022 pukul 19.00 WIB ada staf UPT Pengelola Cagar Budaya Pemkot Yogyakarta mengantar surat jawaban atas surat permohonan tanggal 5 Desember 2022 yang melampirkan surat dari Balai Kawasan Sumbu Filosofis BKSF Disbud DIY, yang tidak merekom kegiatan TJE karena ada sejumlah potensi.

Antara lain timbulnya kemacetan, minimnya lahan parkir dan berpotensi mengancam cagar budaya Hotel Tugu.

Ketiga hal itu dikatakan berpotensi menjadi preseden dalam proses pengusulan sumbu filosofi sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO, yang saat ini tengah memasuki tahap penentuan akhir.

Antara tanggal 12 – 14 Desember 2022 Widihasto berupaya berdialog dengan Kepala Dinas Kebudayaan DIY dan Pj. Walikota Yogyakarta. Tapi, hasilnya nihil.

Bahkan pihaknya diultimatum Pemkot Yogyakarta pada Jum’at siang (16/12/2022) event TJE harus dihentikan karena tidak mengantongi izin.

Pemkot mempertanyakan izin. “Padahal, pemerintah sendiri yang berwenang keluarkan izin. Kok pemerintah pakai nanya? Lucu ya?” kelakar Widihasto.

Tidak dikeluarkannya rekomendasi kegiatan ini oleh BKSF DIY, menurut Widihasto, adalah hal yang sepihak. Pihaknya tidak pernah dimintai keterangan, memaparkan atau menjelaskan mengenai event TJE potensi sosialnya akan seperti apa, bagaimana konsepnya, dampaknya dan sebagainya.

Sementara, sebelumnya pada 28 November 2022 pihaknya sudah sowan ke Pj Walikota Yogyakarta dan secara lisan beliau mendukung event TJE.

Bagi Widihasto, keputusan ini tidak mencerminkan semangat asah, asih, asuh maupun Gandeng Gendong yang didengung-dengungkan.

Pihaknya sudah mengajak rakor teknis, tapi tidak pernah diagendakan. “Manakala kami mengambil inisiatif, jajaran OPD tidak ada yang hadir. Ribet sekali ya urusan koordinasi di kita ini?” keluh Widihasto.

Jika event TJE dituding akan menjadi penyebab faktor kemacetan di sumbu filosofi, secara faktual kawasan Tugu – Margo Utomo – Stasiun Yogyakarta – Malioboro, yang sehari-hari sudah padat kendaraan dan terlebih saat musim liburan kawasan ini selalu macet, faktanya selama 8 hari pelaksanaan TJE pada 8 – 15 Desember 2022 lalu lintas tidak sampai macet atau terhenti total.

Dikatakan Widihasto, ada kepadatan adalah hal wajar. “Namanya juga lagi ada aktivitas ekonomi,” tandasnya.

Kepadatan, sejauh memberikan kontribusi bagi kewilayahan, masih dapat dipermaklumkan. Ekonomi tumbuh. “Hal penting kami tidak menggunakan badan jalan. Begitupun parkir kendaraan yang dilakukan warga tidak di badan jalan,” kata Widihasto.

Pihaknya menyediakan kantong parkir di dalam area TJE. Dan kalau yang disoal adalah parkir trotoar, event TJE hanyalah event temporer dan tidak permanen.

Faktanya, Yogyakarta selalu macet saat musim-musim liburan karena memang pemerintah sejauh ini belum mampu sediakan kantong-kantong parkir. Malioboro, Tugu dan sekitarnya tanpa ada event, tiap dari sudah crowded.

Bagi Widihasto, event TJE yang murni upaya pemberdayaan ekomomi masyarakat dengan memanfaatkan lahan terbengkalai di tengah isu kemiskinan, semestinya dapat disinergikan. “Tanpa harus merugikan kepentingan siapapun,” tandasnya.

Kepentingan pemerintah untuk menjaga mulusnya pengajuan sumbu filosofi sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO, tentu tidak semestinya menegasikan upaya kemandirian masyarakat dalam menjaga dapurnya tetap mengepul. “Hal-hal rekayasa teknis masih bisa ditempuh, sejauh ada good will dari pemangku kebijakan,” kata Widihasto.

Kata Widihasto, penghentian aktivitas ekonomi masyarakat sebanyak 182 penyewa stand dan 30 wahana permainan yang melibatkan ratusan orang — belum termasuk jasa kelistrikan, warga kewilayahan yang membuka jasa penitipan barang — secara mendadak tentu sangat rentan memicu konflik sosial.

“Kami berharap, pengambil kebijakan dapat arif dan bijaksana melihat bagaimana perjuangan rakyatnya jungkir balik dalam mengais rezeki,” ungkap Widihasto.

Upaya menjaga dan melestarikan sumbu filosofi sebagai warisan budaya dunia, kata Widihasto, tak harus diraih dengan mengorbankan kepentingan ekonomi masyarakat kecil. (Fan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here