KABAREWISATA.COM – Dewi Nur Laila, isteri Lurah Condongcatur Reno Candra Sangaji, merasa sangat gembira bisa diajak baca puisi bersama sastrawati Evi Idawati pada 5 Maret 2024 di Societed Taman Budaya Yogyakarta, diiringi musisi Memet Chairul Slamet.
Apalagi dalam acara itu juga disuguhkan pembacaan kolaborasi penyair cilik yang membawakan repertoar “Menjadi Seorang Pejuang dan Riwayat Negara Kata”.
“Terima kasih untuk ibu Evi Idawati yang keren paripurna yang memberi kesempatan bagi saya untuk membawakan salah satu karya puisinya,” kata Ela, yang menambahkan beliau adalah penulis puisi dan yang punya sekolah puisi Indonesia.
Kali ini, Ela membacakan puisi penuh penghayatan. “Saya mencoba membaca puisinya, saya bayangkan setiap diksinya adalah kata perempuan yang menyuarakan tentang kepemimpinan,” kata Ela.
Kata Ela, meski dalam membacakan puisi itu kelihatan ekspresif, tapi aslinya grogi. “Karena baru flu dan pertama kalinya disandingkan dengan para tokoh perempuan,” ungkapnya.
Ela tidak menyangka di tengah-tengah membaca puisi, ada insiden mikrofon yang tiba-tiba melorot. “Itu makin bikin saya grogi saja,” kelakarnya.
Namun, bagi Ela, semuanya adalah sebuah pengalaman membahagiakan dan berkesan untuknya. Terlebih mendapat support yang luar biasa dari suaminya Reno Candra Sangaji. “Padahal beliau tidak suka puisi loh,” terangnya.
Menandai launching buku karya Evi Idawati berjudul “Wirid Tanah Air”, Ela unjuk kebolehan bersama tokoh perempuan lintas bidang: Yani Sapto Hudoyo, Maryam Fithriati Vivin, Hargi Sundari dan Rini Widyastuti.
Bagi Ela, melalui kegiatan membaca puisi itu untuk menyatukan pandangan bersama tentang nilai-nilai kebangsaan. Ela pun menyuarakan nilai-nilai kebangsaan untuk semua orang di tengah keriuhan dan perkembangan media sosial. “Banyak cara yang bisa kita lakukan dan salah satunya melalui seni dan budaya,” kata Ela.
Menurutnya, pembacaan puisi sebagai salah satu karya seni dan budaya. “Memberi ruang yang tak terbatas untuk dieksplorasi dan dikolaborasi,” papar Ela.
Bagi Ela, banyak aspek yang menjadikan wujud karya sanggup ditampilkan dengan berbagai cara. “Baca puisi adalah salah satunya,” kelakarnya.
Kini Ela bisa mengeksplorasi berbagai cara. Salah satunya dengan menyampaikan pesan di dalam puisinya. “Saya berharap lebih bisa mengakrabi puisi dan juga pesan-pesan dari nilai serta makna yang terkandung dalam puisi itu bisa tersampaikan lebih mudah,” kata Ela, yang kemarin bacakan puisi karya Evi Idawati berjudul Dzikir Angin.
DZIKIR ANGIN
Karya : Evi Idawati
Musim berbaris dengan tongkat yang berputar
Di tangan awan, mendung, langit dan desir rintihan
Kilatan terbakar menyatukan
Dengung suara suara menjelma dzikir angina yang membaiat dirinya dengan bergerak mengulang menderu dan menampar yang terhampar
Ia menari gemulai, pusaran melindas tatanan, pondasi dan tangga
Pohon pohon terjungkal terlempar
Figure yang paling riuh dari bayang yang tak terlihat
Menjadi ada dan nyata
Angin membaca nyanyian lirih benda benda
Angin membaca sapaan khalayak semesta
Terungkap dan tersembunyi
Ia tetap melanggam, setia dengan takdir sebagai hamba
Yogyakarta 2022