KABAREWISATA.COM — Belajar kaligrafi itu mengasyikkan. Selain mendapatkan pemahaman soal seni, sekaligus mengkaji makna dan isi Al-Qur’an.
Ketika kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an dilukis dan dipajang dalam ruangan, menjadi dakwah kekinian yang tidak lapuk dimakan zaman. Seni kaligrafi Islam selalu memberikan kesejukan dan kedamaian kepada siapapun yang menikmatinya.
Setidaknya, itulah yang muncul dalam dialog puluhan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta yang tergabung dalam UKM JQH Al Mizan dalam acara wisata seni “Astmala Kaligrafi Goresan Penuh Arti” di rumah Kaligrafi Syaiful Adnan pada 20 Desember 2025 lalu.
Para mahasiswa sangat antusias dalam dialog tersebut. Bahkan ada pertanyaan yang menjurus berat untuk dijawab. Misalnya dari Rizky, mahasiswa Ilmu Hadits UIN Suka: kenapa ada hadits nabi yang melarang kita melukis wajah atau bentuk wajah makhluk hidup?
Selain maestro kaligrafi Islam Syaiful Adnan, hadir pula Prof Dr M Baiquni, MA, Ketua Dewan Guru Besar UGM dan juga seniman, penyelengara event seni Taufik Ridwan dan pembatik seni Endang.

Menjawab pertanyaan mahasiswa asal Madura, sang maestro Syaiful Adnan mengiyakan. “Hadits nabi itu shoheh dan pastilah semua seniman muslim memahaminya,” kata Syaiful.
Menurutnya, meski ada yang beralasan bahwa wajah makhluk hidup adalah bagian dari sebuah seni dan layak untuk diabadikan, ada juga yang beralasan dan berpendapat semua makhluk adalah indah dan diabadikan sebagai wujud pengabdian.
Dalam hadits tersebut diserahkan kepada masing-masing seniman. “Sebab, hadits lain mengatakan bahwa siapapun yang menggambar wajah mahkluk hidup kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT untuk bisa menghidupkan apa yang digambar,” kata Syaiful Adnan alumni ASRI Yogyakarta (embrio ISI Yogyakarta).
Baginya, seniman yang memahami makna hakikat akan hadits yang melarang melukis wajah atau postur makhluk hidup, kemudian istiqamah melukis bentuk-bentuk makhluk secara beda dan bahkan ada sama sekali yang menghindarinya.
Objek seni itu banyak banget, tinggal bagaimana kita mengeksplor sebuah benda menjadi karya seni indah. “Makanya saya berpuluh tahun hijrah menekuni kaligrafi ini dalam rangka menjalankan syariat,” kata Syaiful, seniman asli Minang ini.
Pada kesempatan itu dibagikan buku biografi Syaiful Adnan berjudul “Syaiful Adnan The Kedgacy of Syaifuli Calligraphy” dan sketsa yang dibuat Syaiful Adnan, dilanjutkan workshop membuat kaligrafi dari ayat-ayat Al-Qur’an secara bebas dan penuh warna.
Seniman Endang juga mengajarkan membuat batik kontemporer yang bernilai seni. Membatik memang dibutuhkan ketelitian dan tingkat tinggi. Terlebih dalam permainan warna dan penyatuan warna untuk kontras dan indah saat dilihat.
“Batik tidak hanya sebagai produk fashion, tetapi menjadi sebuah karya seni yang bernilai,” kata Endang.
Pada kesempatan kali ini Endang juga mengajarkan membatik dengan harapan batik juga menjadi karya seni yang bisa dinikmati. “Sebagaimana kita menikmati karya seni rupa lainnya dan pastinya membatik memiliki kesulitan yang sama,” kata Endang. (Fan)










