Ikut Akselerasi Sejak SD-SMA, Farras Ulinnuha Lulus S1 Kedokteran UGM di Usia 19 Tahun 8 Bulan

0
5
Farras Ulinnuha, yang baru saja lulus dari Program Studi Kedokteran kelas International Undergraduate Program (IUP) bersama kedua orang tua. (Foto: Dok. Farras)

KABAREWISATA.COM — Ada satu nama yang mencuri perhatian pada wisuda program sarjana dan sarjana terapan UGM pada 27 November 2025 lalu.

Namanya Farras Ulinnuha. Gadis asal Lampung itu baru saja lulus dari Program Studi Kedokteran kelas International Undergraduate Program (IUP) menyandang gelar wisudawan termuda yang berhasil lulus di usia 19 tahun 8 bulan 17 hari.

Sejak ia duduk di bangku SD sudah mengenyam bangku sekolah lebih cepat dari teman-teman seusianya. Sempat mengikuti ujian nasional untuk masuk SMP saat ia masih kelas 5 SD bersama kakak kelasnya.

Di SD ia lulus 5 tahun, berlanjut ke SMP 3 tahun dan kemudian saat SMA hanya menyelesaikan 2 tahun. “Orang tua sangat bangga saya jadi wisudawan termuda,” tuturnya kepada wartawan, Kamis (4/12/2025).

Memasuki jenjang perkuliahan di usia 16 tahun bukan hal yang mudah. Farras harus beradaptasi dengan lingkungan baru, budaya belajar yang berbeda serta dinamika pertemanan dengan mahasiswa yang mayoritas lebih tua.

Meski begitu, ia merasa beruntung. Lingkungan kedokteran UGM cukup inklusif dan membuatnya cepat menyesuaikan diri. “Di awal kuliah, penyesuaian berjalan tidak selalu mulus, tetapi perlahan saya menemukan ritme yang tepat,” kenangnya.

Ketertarikannya pada dunia kedokteran tumbuh sejak kecil. Ia kerap menemani ibunya bekerja di rumah sakit dan membantu di klinik keluarga. Membuatnya familiar dengan dunia medis.

Ia berharap bisa melanjutkan profesi sebagai dokter dan kembali pulang ke Lampung untuk membantu masyarakat. “Saya ingin jadi dokter agar tingkat layanan kesehatan di Indonesia bisa lebih merata,” katanya.

Di kampus Farras bergabung dengan organisasi Asian Medical Students Association (AMSA) dan Center for Indonesian Medical Students Activities(CIMSA), ruang yang memberinya kesempatan mempelajari hal baru di luar kelas tanpa tekanan.

Saat mengikuti preklinik dan belajar anatomi, ia dan temannya mendapat kesempatan masuk ke ruang operasi bersama seorang dokter ortopedi yang mengajar mereka. “Itu momen paling berharga,” tandasnya.

Farras berharap, perjalanan yang ia lalui dapat menjadi penyemangat bagi mahasiswa lain. “Keberhasilan tidak selalu datang dari kecepatan, melainkan dari konsistensi dan keyakinan pada proses diri sendiri,” paparnya.

Dalam usia yang masih sangat muda, ia berhasil menutup babak panjang pendidikan sarjananya dengan membawa harapan besar untuk masa depan dan rencana kembali mengabdi di tanah kelahirannya. (*/Fan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here