
KABAREWISATA.COM – Itock Van Diera yang dikenal sebagai pemerhati wisata, budaya, UMKM sekaligus konseptor pernikahan putranya sendiri menggelar perhelatan bernuansa unik di Royal Brongto Hotel, Yogyakarta pada Sabtu (25/10/2025).
Dengan janur sebagai elemen utama dekorasi, suasana terasa sakral namun tetap tropis dan hangat. Dalam filosofi Nusantara, janur bukan sekadar hiasan, melainkan lambang kesucian, ketulusan, dan doa agar rumah tangga tumbuh kokoh seperti pohon kelapa yang menancap kuat di bumi. Gerbang, pelaminan, hingga area utama dipenuhi anyaman janur berpadu dengan cahaya temaram, menciptakan nuansa elegan yang alami.
Sentuhan budaya Jawa kian terasa ketika delapan pengawal prajurit berseragam tradisional menyambut para tamu. Kehadiran mereka menjadi simbol kehormatan dan pelestarian tradisi, menghadirkan suasana yang penuh wibawa sekaligus akrab. Di atas panggung sederhana beratapkan rumbia, alunan musik angklung dan jazz etnik mengiringi jalannya acara, mempertemukan harmoni antara tradisi dan modernitas.
Para tamu kemudian diajak menyusuri lorong galeri putih berisi foto-foto perjalanan cinta kedua mempelai. Di sepanjang lorong itu, alunan siter berpadu dengan gerak lembut pembatik perempuan yang bekerja langsung di tempat, menjadi simbol kesetaraan gender dan keanggunan seni lokal. Setiap langkah seolah membawa pesan bahwa cinta, budaya, dan kreativitas dapat tumbuh berdampingan dengan indah.
Tak hanya memanjakan mata, perhelatan ini juga menghangatkan hati lewat angkringan bertema Punokawan, ikon kebijaksanaan rakyat Jawa yang jenaka namun sarat makna. Dari angkringan inilah para tamu mengambil cinderamata ramah lingkungan, dikemas dalam kotak karton cantik berpita bunga dari daun kelapa. Selain menjadi kenang-kenangan, souvenir ini merupakan bentuk nyata dukungan terhadap UMKM dan gerakan ekonomi kreatif lokal.
“Pernikahan ini bukan hanya perayaan cinta, tapi juga penghormatan terhadap alam, budaya, dan kearifan lokal Yogyakarta,” ujar Itock Van Diera.
Dengan perpaduan filosofi, seni, dan nilai-nilai kebumian, pernikahan ini menjadi contoh bahwa pesta cinta tak harus mewah untuk berkesan. Cukup dengan menghadirkan unsur alam, budaya, dan ketulusan, sebuah pernikahan dapat menjadi karya yang menginspirasi, membumi, dan sarat makna, layaknya janur yang selalu hijau dan meneduhkan. (soe)
















