KABAREWISATA.COM – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir beserta jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyambut langsung Grand Syekh Al Azhar Mesir Ahmed Al Tayyeb pada 11 Juli 2024 lalu.
Saat tiba di Gedung Dakwah, Grand Syekh Al Azhar diberikan cindera mata berupa kalender hijriah global tunggal 1446 Hijriah.
Pertemuan berlangsung selama dua jam mulai pukul 11.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Sejumlah topik menjadi pembahasan mulai dari isu-isu keagamaan, pendidikan, hingga kemanusiaan.
Haedar mengatakan, hubungan antara Muhammadiyah dengan Al Azhar memiliki sejarah panjang. “Para tokoh-tokoh Muhammadiyah belajar dan mengembangkan serta mengimplementasikan pikiran-pikiran yang diperoleh saat studi di Al Azhar di Indonesia,” kata Haedar.
Menurut Haedar, Kiai Dahlan juga memperoleh inspirasi dari Muhammad Abduh, yang tidak lain adalah Syekh Al-Azhar.
Yang kedua, juga banyak tokoh-tokoh Muhammadiyah. Kiai Mas Mansur yang terbilang empat serangkai, tokoh nasional yang juga Ketua PP Muhammadiyah, juga lulusan Al Azhar.
Haedar menjelaskan, pertemuan dengan Grand Syekh Al Azhar bersifat intim dan tidak terlalu formal.
“Biarpun kami punya hotel di Yogyakarta, punya hotel di Malang dan seterusnya, kami menerima Grand Syekh di gedung ini untuk menunjukkan bahwa hubungan antara kami dengan Al Azhar itu juga hubungan yang kekeluargaan dan tidak terlalu formalistik,” jelas Haedar.
Haedar pun memberi penghargaan tinggi atas kiprah Grand Syekh Al Azhar yang telah mempelopori wasatiyatul Islam di tingkat dunia, yang telah bersama Paus Fransiskus terus bergerak untuk menjaga bandul wasatiyah di tengah dunia global yang penuh dengan ekstrimitas.
Haedar berharap, di tingkat dunia Grand Syekh Al Azhar bersama tokoh-tokoh dunia dan dunia Islam, terus mewujudkan Palestina yang merdeka dan tata dunia baru yang damai di Timur Tengah. “Sebagai bukti bahwa Islam atau dunia Islam adalah sebagai pelopor di garda depan untuk memberi solusi,” papar Haedar.
Haedar mengingatkan kalau Palestina belum menemukan solusi yang terbaik, sampai kapanpun akan menumbuhkan benih benih ekstrimitas dalam berbagai dimensi kehidupan.
Titik temu Al Azhar dan Muhammadiyah, menurut Haedar, yakni terus menyuarakan pesan Islam yang membawa kemajuan. Islam sebagai dinul hadharah, di mana Muhammadiyah terus bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi dan dakwah yang mencerdaskan dakwah yang mencerahkan.
Ketertinggalan ekonomi juga menjadi sorotan dalam dialog tersebut. Menurut Haedar, problem umat Islam Indonesia adalah ketertinggalan di bidang ekonomi yang menyebabkan belum menjadi khoirul ummah. “Kita belum menjadi umat terbaik,” ucapnya.
Ekonomi tertinggal menyebabkan secara politik menjadi marjinal. Akibat lebih jauh membawa pada rusaknya tatanan kehidupan di bidang etika dan moral akibat begitu dahsyatnya gelombang perubahan sosial.
Grand Syekh Al Azhar menyampaikan sebuah orasi ilmiah singkat dan padat tentang hubungan Al-Qur’an dengan sunnah nabi.
Menurutnya, organisasi Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang tajdid, menghidupkan sunnah dan memberantas bid’ah,
Grand Syekh Al Azhar menyampaikan, tidak mungkin menerapkan kandungan Al Qur’an tanpa mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW. Hampir semua rukun Islam itu tidak bisa dioperasinalkan kalau mengandalkan Al-Qur’an semata. Harus juga berdasarkan contoh dari Rasulullah SAW. Tidak mungkin hanya mengandalkan teks teks al-Qur’an lantas begitu saja dapat menjalankan ajaran al-Qur’an dalam kehidupan nyata.
Ia minta untuk terus mewaspadai apa itu gerakan inkar sunnah. Ia juga minta untuk mewaspadai apa yang disebut alquraniun, yang mencukupkan diri kepada Al-Qur’an saja tanpa berpedoman kepada sunnah Nabi Muhammad SAW.
Grand Syekh Al Azhar berharap kepada organisasi Muhammadiyah untuk terus memberikan pencerahan kepada dunia — khususnya umat Islam — untuk menegakkan sunnah dengan sebaik-baiknya, bagaimana mewujudkan masyarakat Islam yang rahmatan lil’alamin merujuk kepada Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Terpisah Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, berterima kasih atas kehormatan mendapat kunjungan Grand Syekh Al Azhar.
Pertemuan dilaksanakan secara sederhana di aula lantai 6 Masjid At-Tanwir dihadiri para tokoh lintas agama, berbagai ormas Islam, jajaran pimpinan perguruan tinggi, majelis dan lembaga tingkat pusat serta pimpinan Muhammadiyah Boarding School.
Tampak hadir Prof M Quraish Shihab, Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi, Ketua Alumni Al Azhar di Indonesia, Sekretaris Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Perwakilan Persatuan Gereja Indonesia (PGI).
Selain banyak tokoh Muhammadiyah yang lulusan Al-Azhar, Abdul Mu’ti melihat banyak kesamaan antara Muhammadiyah dan Al-Azhar. Muhammadiyah dan Al-Azhar berkomitmen untuk membangun Islam yang berkemajuan dengan kemajuan ekonomi dan pendidikan.
Fahmi Salim, Ketua Divisi Tabligh Global Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, bangga dan bersyukur atas kunjungan Grand Syekh Al Azhar.
“Sebagai alumni, saya bersyukur Grand Syekh Al Azhar disambut secara resmi dengan suasana kekeluargaan dihadiri oleh pimpinan Muhammadiyah, ‘Aisyiyah, Rektor PTMA, juga tokoh lintas agama dan para alumni Al-Azhar,” ucap Fahmi Salim.
Ia juga gembira Grand Al Azhar secara langsung memberikan 10 beasiswa untuk pelajar-pelajar lulusan pesantren dan sekolah Muhammadiyah. “Mudah-mudahan bisa ditingkatkan jumlah beasiswanya,” kata Fahmi Salim.
Harapannya, perhatian Pimpinan Pusat Muhammadiyah terhadap kader-kader Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Kairo, juga PCIM lain di seluruh dunia, mendapat perhatian lebih baik untuk perkembangan Persyarikatan. (Fan)