KABAREWISATA.COM – Kota Yogyakarta yang sudah terkenal sebagai kota pelajar, kota budaya dan seni, makin terasa istimewa. Karena kini bertambah sebutan sebagai kota kuliner. Ribuan menu disajikan sebagai pilihan siapapun yang berada di Yogyakarta.
“Saya pun pernah dibuat heran, sahabat saya dari Jakarta lebih memilih naik mobil menuju Yogyakarta sambil ngampiri sahabatnya yang ada di Jawa Tengah hanya untuk menikmati bakmi,” kata Pj Walikota Yogyakarta, Sumadi, SH, MH, saat soft launching ALRA Corner Resto dan showroom produk tas dan dompet Alra di tengah kampung kawasan Mantrijeron, Yogyakarta, Sabtu (18/3/2023).
Menurut Sumadi, masakan dan menu apapun yang di jual di Kota Yogyakarta lebih mudah dikenal dan viral serta menjadi kegemaran masyarakat. “Hal ini seolah memang Yogyakarta telah ditakdirkan menjadi kota kulineran pilihan,” kata Sumadi.
Menurutnya, pemerintah sangat terbantu dengan banyaknya restoran dibuka dengan menu-menu istimewa dan memang disuka. “Bagaimanapun keberadaan restoran itu bukan saja sebagai tempat makan, tapi juga sebagai tempat wisata,” kata Sumadi.
Orang bisa berlama-lama di restoran hanya untuk ngobrol dan minum-minuman ringan sebagai kawan ngobrol. “Inilah yang banyak dirindukan orang, siapapun yang pernah tinggal di Yogyakarta,” kata Sumadi.
Ngobrol lama di sebuah restoran tanpa ditegur dan diusir pemiliknya, sangat dirindukan orang. Ketulusan pemilik restoran untuk tetap menghormati tamunya itu adalah sikap istimewa.
Seperti disampaikan istri Paku Alam X, Kanjeng Gusti Bendara Raden Ayu (KGBRAy) Atika Purnomowati, setiap restoran memiliki kekhasan dan media yang sangat menarik. “Setiap restoran memiliki keunggulan di antaranya soal menu masakan,” kata KGBRAy Atika Purnomowati.
Owner Alra Corner, Wawan Hermawan, mengaku tertantang untuk membuka bisnis kuliner dengan konsep makan untuk keluarga dan komunitas ini. “Karena setiap komunitas memiliki dan keinginan khusus sebagai tempat meeting dan nongkrong,” kata Wawan.
Wawan pun sangat berharap, tempat yang dibuka itu bisa menjadi tempat bertemunya banyak pebisnis. “Baik dalam konsep, meeting atau gathering,” tandasnya.
Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia DIY, Drs H Taufik Ridwan, sangat berharap semua restoran menjaga kualitas menu makan dengan terbuka untuk mengatakan halal atau tidak.
Kata Taufik, pemilik restoran harus terbuka dan peduli untuk menyampaikan kepada konsumen apakah masakan dengan segala menunya itu halal atau tidak?
“Kalaupun ada yang tidak halal bagi konsumen muslim sampaikanlah agar ini menjadi edukasi terbaik bagi konsumen untuk semakin cerdas dalam mengonsumsi apapun,” kata Taufik.
Taufik juga menyarankan agar setiap restoran memiliki lisensi halal agar konsumen tenteram dan nyaman. “Halal itu menyehatkan, menyenangkan dan membuat orang selalu tuman menikmatinya,” kata Taufik Ridwan selaku Ketua PPHI DIY.
Kebanjiran warga pendatang untuk sekadar mencicipi makanan khas Kota Yogyakarta seharusnya ditanggapi warga dengan penuh cinta. Utamanya makanan yang menyebabkan sehat dan bahagia lahir batin. (Fan)