PBTY XVIII Digelar Tahun 2023

0
53

KABAREWISATA.COM – Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, menerima audiensi Panitia Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XVIII yang dipimpin Ketua Pelaksana PBTY Sugiarto didampingi panitia lainnya dan Dirut Gembira Loka Yogyakarta KMT A.Tirtodiprojo, Selasa (15/11/2022), di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.

Ketua Pelaksana PBTY, Sugiarto, usai bertemu KGPAA Paku Alam X menjelaskan bahwa audensi dengan Wakil Gubernur DIY selain untuk bersilaturahmi sekaligus memohon saran, arahan dan mengundang untuk hadir pada Pembukaan PBTY Tahun Baru Imlek 2574 Tahun 2023.

PBTY akan dilaksanakan mulai tanggal 30 Januari 2023 hingga 5 Februari 2023 di Kampung Ketandan, Kota Yogyakarta.

Event tahunan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta terselenggara atas kerjasama Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC), yang merupakan wadah gabungan dari 14 Paguyuban Tionghoa yang ada di Yogyakarta.

Adapun untuk pengampu PBTY XVII Tahun 2023 adalah Paguyuban Hakka Yogyakarta yang mengambil tema “Bangkit Jogjaku untuk Indonesia”.

Dikatakan Sugiarto, dalam rangka peringatan Tahun Baru Imlek 2574 gabungan dari 14 Paguyuban Tionghoa Yogyakarta akan menggelar berbagai kegiatan: pagelaran seni dan budaya, bazar dan pameran yang melibatkan 200 stand UMKM di DIY serta panggung pentas seni selama 7 hari.

Pekan Budaya yang digelar untuk umum dan terbuka bagi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan rasa persaudaraan sesama umat, menjaga dan membangun kebersamaan serta meningkatkan toleransi sesama umat manusia. “Sehingga tercipta persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa,” kata Sugiarto.

Menanggapi rencana akan digelarnya PBTY Tahun 2023 — setelah tahun 2020 dan 2021 diselenggarakan secara online — Wakil Gubernur DIY berpesan agar Panitia Penyelenggara PBTY XVIII benar-benar menyiapkan event tersebut secara matang.

Setelah pandemi selama 2 tahun, masyarakat Yogyakarta kini haus akan hiburan. Oleh karena itu, KGPAA Paku Alam X meminta panitia berkoordinasi sebaik-baiknya dengan pihak terkait, mengingat penyelenggaraannya di pusat kota Yogyakarta. Dan Kampung Ketandan dikenal dengan kepadatannya akan pengunjung.

Wakil Gubernur DIY menyarankan agar kegiatan semacam ini hendaknya dikembangkan di tempat lainnya, yaitu di Kranggan.

Kranggan memiliki Klenteng Poncowinatan sebagaimana di Klenteng Gondomanan. Menurut Wakil Gubernur DIY, apabila di 2 lokasi tersebut bisa berkembang sebagaimana di Ketandan, Kranggan juga akan semakin semarak dikunjungi wisatawan.

Wakil Gubernur DIY juga menyampaikan kepada PBTY agar berkoordinasi untuk menyatukan antara tarif parkir dengan tiket masuk event.

Pengunjung dapat menunjukkan tiket masuk event untuk pembayaran tarif parkir sehingga pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar tarif parkir.

“Ini bisa coba dilakukan dengan koordinasi yang intens antara panitia penyelenggara, tukang parkir dengan para pedagang biar tidak terlalu membebani pengunjung dengan parkir yang mahal,” tandas Wagub DIY.

Hal ini, menurutnya, telah dilakukan pula di Bali. “Di mana tarif parkir menyatu dengan tiket masuk objek wisata sehingga pengunjung tidak dibebani dengan tarif parkir yang naik setiap kali ada event tertentu,” ungkap Wagub DIY.

Diharapkan, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XVIII dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya setelah 2 tahun diterpa pandemi Covid-19.

Selain itu, diharapkan terjadi akulturasi budaya, meningkatkan keakraban dan meningkatkan toleransi sesama umat manusia. (*/Fan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here